Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu
Bacaan : Matius 19: 23-30
”Yesus memandang mereka dan berkata: ‘Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat 19:26)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM tradisi Gereja Katolik, kita sering mendoakan doa Angelus “Malaikat Tuhan” setiap jam 06.00, 12.00, dan 18.00. Tetapi khusus selama Masa Paskah, kita menggantinya dengan “Doa Ratu Surga” (Regina Caeli atau Queen of Heaven). Masih ingat kata-kata dari Doa Ratu Surga? Demikian kata-katanya:
Ratu Surga bersukacitalah, Alleluya
Sebab Ia yang sudi kaukandung, Alleluya
Telah bangkit seperti yang disabdakan-Nya, Alleluya
Doakanlah kami pada Allah, Alleluya
Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, Alleluya
Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya.
Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama bunda-Nya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami. Amin.
Hari ini, 22 Agustus, Gereja merayakan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu. Peringatan ini dirayakan tujuh hari setelah Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga (Maria Assumpta). Keratuan Bunda Maria tidak dapat dipisahkan dengan Yesus sebagai Raja Kekal sekaligus Raja Damai. Yesus adalah Raja dari segala raja. Kerajaan Yesus adalah kekal selama-lamanya. Karena melahirkan Yesus Sang Raja atas surga dan bumi, maka Bunda Maria adalah Ratu Surga, sebagaimana dalam doa Ratu Surga tadi.
Dasar dari ajaran Gereja tentang Santa Perawan Maria Ratu Surga ini dapat kita temukan dalam beberapa sumber, antara lain: Kitab Wahyu 11:19-12:1; ajaran Santo Athanasius (296-373); ajaran Santo Louis de Montfort (1673-1716); dan Katekismus Gereja Katolik no. 966.
Kitab Wahyu bab 11 dan 12 menyebutkan penglihatan Rasul Yohanes akan surga di mana terlihat Sang Tabut Perjanjian, yaitu seorang perempuan yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan bermahkotakan dua belas bintang” (Why 11: 19-12: 1). Tanda besar di langit itu, yaitu perempuan tersebut, adalah Bunda Maria, sebab Anak laki-laki yang dilahirkannya dan yang akan menggembalakan semua bangsa itu adalah Kristus.
Sementara itu Santo Athanasius mengajarkan, “Jika Sang Anak adalah Raja, maka ibu yang melahirkan-Nya adalah layak dan sungguh pantas disebut sebagai Ratu dan yang berkuasa.” Kemudian Santo Louis de Montfort mengajarkan, “Tuhan menjadikan Maria ratu surga dan bumi; pemimpin pasukan-Nya, pembagi rahmat-Nya, pekerja mukjizat-mukjizat-Nya, penghancur musuh-Nya dan penolong yang setia di dalam pekerjaan- pekerjaan-Nya dan kemenangan-Nya.”
Hal ini semakin ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 966 yang mengutip dari ajaran Konsili Vatikan II “Lumen Gentium no 59”, demikian: “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut.”
Iman kita terkait dengan Bunda Maria sebagai Ratu Surga ini mungkin bisa menimbulkan tanya tanya dalam pola pikir orang kebanyakan secara manusiawi. Masak sich Bunda Maria Ratu? Apakah dia seperti Ratu Inggris? Pertanyaan ini mirip dengan masak sich Yesus anak Allah? Lalu isterinya Allah siapa? Jawabannya sederhana. Yesus mengatakan dalam Injil hari ini, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin”.
Pertanyaan Refleksinya: Apakah Anda bangga dengan iman Katolik Anda? Apakah Anda bangga mempunyai Bunda Maria sebagai Ratu Surga? Selamat merenungkan.
Setiap hari melakukan olah raga
Jalan kaki murah tak berbiaya
Bunda Maria adalah Ratu Surga
Mari hormat dan bangga padanya.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)