Bacaan : Matius 24:42-51
“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” (Mat 24: 45)
Saudari/a ku ytk.,
DI beberapa pastoran, biasanya ada karyawan wanita yang mengurusi kebutuhan rumah tangga pastoran. Tugasnya memasak, membersihkan pastoran, menyiapkan makanan jika ada tamu pastoran, mencuci dan menyetrika baju. Biasanya ia bekerjasama dan berkoordinasi dengan Timja Rumah Tangga Pastoran dari Dewan Paroki.
Saya bersyukur mengalami para karyawan pastoran yang baik. Mereka bisa diandalkan, dapat dipercaya, dan jujur. Untuk mencuci, biasanya saya mencuci sendiri. Tapi pas tidak sempat, saya minta tolong ibu karyawan pastoran. Pernah suatu hari rosario saya ikut tercuci, karena tertinggal di saku celana panjang. Lalu Mbak Tina, karyawan pastoran, menyerahkan rosario itu ke saya. “Romo, maaf tadi rosarionya ikut tercuci. Ini rosarionya,” katanya sambil menyerahkan rosario itu kepada saya sore harinya. Saya kagum akan kejujurannya.
Lalu, suatu kali untuk menguji kejujurannya, dengan sengaja, di saku celana saya kasih uang kertas 50 ribu. Apakah uang itu mau diambil atau dikembalikan? (maaf, saya agak nakal yaaa…). Sore harinya, sepulang saya dari kampus, mbak Tina menemui saya. “Romo, tadi di saku celananya ada uang 50 ribu. Maaf, saya tidak tahu, uangnya ikut tercuci dan basah. Sekarang sudah saya jemur dan saya seterika. Ini uangnya, romo,” katanya sambil menyerahkan uang itu. “Terimakasih ya, mbak. Njenengan orang yang baik dan jujur,” jawabku.
Tentu saja orang akan senang jika mempunyai karyawan yang baik dan jujur. Mereka akan dipuji oleh tuannya, dan mendapat bonus atau hadiah. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus memuji hamba yang baik, yang dapat dipercaya, dan diandalkan tuannya. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat. Menurut Tuhan Yesus sikap dasar apa yang dituntut dari seorang hamba? Hamba yang baik adalah hamba yang setia dan bijaksana.
Tadi dikatakan, “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?” Kesetiaan ditujukan kepada Allah dan tuannya, sedangkan bijaksana terutama ditujukan kepada sikap terhadap sesama. Orang yang setia biasanya hidupnya jujur dan dapat diandalkan. Meski tidak ada tuannya, ia tetapi melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya. Orang yang bijaksana biasanya tidak emosional, tidak mudah menghakimi orang lain, dan tidak mencari kesalahan orang lain.
Perumpamaan itu disampaikan Tuhan Yesus untuk menjelaskan tentang kedatangan Tuhan. Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini. Ada dua tipe hamba di hadapan Tuhan, yaitu: hamba yang baik (setia dan bijaksana), serta hamba yang jahat. Yang pertama adalah hamba yang berintegritas karena ada atau tidak ada sang tuan, dia akan tetap bekerja dengan baik. Prinsip ini diharapkan menjadi etos hidup, pelayanan, dan kerja orang Katolik. Mengapa hamba yang setia ini tetap bekerja dengan baik sekalipun tuannya pergi? Karena ia sadar bahwa Allah senantiasa hadir dan melihat seluruh hidupnya. Sedangkan hamba yang jahat berpikir bahwa waktunya masih panjang. Tuannya tidak datang-datang. Ia berpikir bahwa segala kejahatan yang dilakukannya pasti tidak diketahui, karena tuannya tidak hadir. Hamba yang demikian tidak berintegritas.
Pertanyaan refleksinya: Apakah Anda termasuk pribadi yang dapat diandalkan oleh pimpinan dan rekan kerja? Apakah Anda pernah memuji dan memberi hadiah kepada karyawan, rekan kerja, dan anggota keluarga Anda? Selamat merenungkan.
Buah mangga buah pepaya
Dilotis sungguh enak rasanya
Jadilah pribadi bijak dan setia
Kapanpun dan dimanapun juga.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)