Kamis, 30 November 2023
Pesta St. Andreas Rasul
Bacaan Injil: Mat. 4:18-22
“Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat 4:19)
Sdri/a ku ytk.,
INISIATIF panggilan kemuridan berasal dari Tuhan. Dalam bacaan Injil pada pesta Santo Andreas Rasul hari ini, Tuhan Yesus pertama-tama melihat dan memanggil para murid pertama di Danau Galilea. Kemudian para murid menjawab panggilan itu dengan meninggalkan (jala, perahu dan keluarga) dan mengikuti Yesus.
Dalam pengalaman hidup panggilan, Tuhan seringkali memilih dan memanggil seseorang melalui peristiwa sederhana, pengalaman sehari-hari. Bukan melalui peristiwa yang spektakuler dan gegap gempita. Bahkan tak jarang Tuhan memilih kakak beradik menjadi imam, suster atau bruder.
Sebut saja misalnya, ada beberapa Imam Diosesan atau Praja yang kakak beradik. Ada Rama Banu dengan Rama Singgih. Rama Suyadi dengan Rama Hartono. Ada Rama Notobudyo dan Rama Budyapranata. Rama Budi Wihandono dengan Rama Heru Wihardono. Mereka kakak beradik menanggapi ajakan dan panggilan Tuhan untuk menjadi “penjala manusia” zaman now.
Pada zaman Yesus, Tuhan juga memilih kakak beradik untuk terlibat dalam karya “menjala manusia”, yakni Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Gereja memperingati pesta Santo Andreas pada hari ini. Ia dipanggil Tuhan dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Andreas adalah nelayan kelahiran Betsaida, sebuah kota di tepi danau Genesaret. Mereka kakak beradik.
Ayahnya bernama Yohanes (Yona) adalah juga seorang nelayan di Kapernaum, sebuah kota yang letaknya 4 km sebelah barat muara Yordan pada danau Genesaret. Saat membantu ayahnya menjala ikan, Andreas dan kakaknya dipanggil Tuhan Yesus, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”.
Andreas dengan komitmen total mewartakan Injil, menjala manusia sampai kemana-mana. Dia total menjalani misinya sampai akhir hayat. Menurut tradisi, ia wafat di Patras, Yunani, digantung pada sebuah salib yang berbentuk huruf “X” (silang). Ia bergantung di salib itu selama dua hari. Salib ini kemudian diberi nama “Salib Santo Andreas”.
Selama dua hari ia terus berkotbah kepada orang-orang yang datang menyaksikannya. Ia tidak dipakukan, melainkan diikat saja pada salib itu, sehingga lebih lama ia menderita sebelum menghembuskan nafasnya.
Melalui pengalaman pemanggilan murid pertama ini, Andreas dan kakaknya, kita dibawa pada permenungan bahwa Tuhan memanggil seseorang lewat peristiwa sehari-hari yang sederhana, bukan peristiwa yang spektakuler. Maka dibutuhkan kepekaan dan kesiapsediaan untuk menanggapinya.
Tuhan yang memanggil seseorang dari hidup kesehariannya tidak hanya terjadi pada zaman dulu. Peristiwa itu masih bisa dijumpai sampai saat ini. Pada zaman sekarang pun Tuhan tetap berkarya memilih dan memanggil para imam dari hidup kesehariannya.
Santo Andreas, doakanlah kami agar kami bisa mempunyai komitmen yang total kepada Kristus dalam hidup ini. Pejah gesang ndherek Gusti tekan ing pati.
Proficiat dan selamat berpesta nama bagi Anda yang berlindung pada Santo Andreas.
Berkah Dalem dan salam teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr