Home BERITA Percik Firman : Menjadi Warga yang Baik

Percik Firman : Menjadi Warga yang Baik

0

Senin, 17 Agustus 2020

Hari Raya Kemerdekaan NKRI

Bacaan Injil: Mat 22:15-21

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat 22:21)

Saudari/a ku ytk.,

DI tengah pandemi Covid-19 ini kita merayakan 75 tahun Indonesia merdeka. Pandemi ini telah menjadikan gerak kita semua sangat terbatas, baik dalam beribadah, bekerja, sekolah, berkumpul dengan teman, rapat, maupun bepergian. 

Dalam Surat Gembala 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia yang berjudul “INDONESIA MAJU: Bangga Buatan Indonesia”, Mgr Robertus Rubiyatmoko mengajak kita sebagai orang beriman untuk tidak menyerah dan berputus asa. 

Kita bersyukur pada usia 75 tahun Indonesia merdeka saat ini kita dipimpin oleh Bapak Joko Widodo. Mengapa? Ia sungguh memikirkan kesejahteraan rakyatnya dan masa depan bangsa Indonesia dengan aneka kebijakan yang diambil. 

Sebut saja misalnya: pembangunan infrastruktur jalan, waduk, tol laut, dan daerah perbatasan; berkomitmen pada NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara;  kebijakan standarisasi harga bahan bakar minyak (bbm) yang sama di seluruh pelosok tanah air. 

Apakah ada orang yang tidak senang dengan presiden kita dengan aneka kebijakan yang memihak kepada kepentingan rakyat dan bangsa saat ini dan ke depan? Tentu saja ada. Anda mungkin lebih tahu daripada saya. 

Beberapa waktu yang lalu ada sekelompok orang yang bekerja sama dalam ‘kejahatan’ untuk menggulingkan presiden yang sah, menyebarkan isu dan fitnah yang tak berdasar fakta, mencari-cari kesalahan presiden, dsb.  

Apa yang terjadi pada zaman kita sekarang ini pernah terjadi pada zaman Yesus. Dalam injil hari ini, dikisahkan ada sekelompok orang Farisi dan Herodian yang tidak senang dengan Yesus. Mereka bersekongkol dan berusaha mencari-cari kesalahan Yesus, lalu menjebak Yesus, supaya mereka bisa menyalahkan dan akhirnya menyingkirkan Yesus. 

Padahal Yesus telah berbuat banyak untuk kebaikan rakyat Yahudi, dengan karya kesehatan (menyembuhkan orang-orang sakit), karya pendidikan (mengajar tentang bersikap adil, bijaksana, taat beragama, peduli pada sesama, kerajaan Allah, pengampunan, dsb), karya sosial-ekonomi (memberi makan pada banyak orang), dsb.

Orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan terkait dengan kewajiban membayar pajak. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada kami pendapat-Mu: apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”

Pertanyaan ini kelihatanya bagus dan sederhana, tetapi di balik pertanyaan itu mereka bermaksud menjebak Yesus supaya dapat dijadikan alasan sebagai hasutan melawan pemerintah romawi. Mengapa? Sebab mereka sengaja mengajak orang-orang Herodian dari pihak penguasa saat itu ( = pengikut dinasti Herodes ). 

Jika Yesus menjawab “orang perlu membayar pajak”, maka orang banyak bisa memusuhi Yesus karena Yesus pro penjajah. Jika menjawab “orang tidak perlu membayar pajak”, maka Yesus akan dipandang sebagai pembangkang kaisar dan penghasut rakyat. Secara manusiawi situasinya membuat dilema.

Memang harus hati-hati, sabar dan bijaksana dalam menghadapi orang-orang yang sudah tidak suka, orang-orang yang iri hati. Apa saja yang diperbuat selalu salah di mata mereka dan ada-ada saja alasan untuk menyalahkan. 

Jenis orang seperti ini masih bisa dijumpai di sekitar kita saat ini. Ketika kita sukses, kita disanjung-dipuji banyak orang karena prestasi dan keberhasilan, kita dipercaya menduduki jabatan, tetap ada orang-orang di sekitar yang tidak suka. 

Dengan bijaksana, Yesus memberikan kita teladan. Dia menjawab, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Yesus mengajak kita untuk menjadi warga negara yang baik, sekaligus menjadi umat yang taat pada Allah. Sungguh seorang patriot dan sungguh seorang katolik.

Dalam Surat Gembala Masa Prapaskah 6 Februari 1956, Mgr. Soegijapranata menegaskan: “Jika kita sungguh-sungguh Katolik sejati, kita sekaligus patriot sejati. Karenanya, kita merasa bahwa kita 100% patriot, justru karena kita adalah 100% Katolik. Lagi pula, bukankah menurut perintah ke-4 dari ke-10 Perintah Allah –sebagaimana ada dalam Katekismus– kita wajib mencintai Gereja kudus, juga kita wajib  mencintai Negara, dengan seluruh hati kita. Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan berikanlah kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”

Mari berusaha menjadi patriot (pembela dan cinta tanah air) sejati di bumi Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Dirgahayu Republik Indonesia. Selamat merayakan pesta intan (75 tahun) Indonesia merdeka. Merdekaaaa….

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version