Home BERITA Percik Firman: Pelita Masa Kini Senin, 23 September 2019 PW St....

Percik Firman: Pelita Masa Kini Senin, 23 September 2019 PW St. Padre Pio, Luk. 6:16-18

0
Makam Padre Pio (Romo Yohanes Gunawan Pr/KAS)

PARA saudari/a ku ytk.,

Pernahkah Anda mendengar nama Padre Pio? Pernahkah Anda berziarah ke makamnya di Giovanni Rotondo, Italia Selatan?

Saya bersyukur pernah diberi kesempatan Tuhan dua kali untuk berziarah ke sana. Sebuah tempat yang terasa aura kesejukan, kedamaian, dan ketenangan.

Setiap tanggal 23 September Gereja merayakan peringatan Santo Padre Pio (1887-1968), seorang imam yang suci dan mendapat anugerah stigmata.

Dia lahir di kota Pietrelcina, Italia selatan. Anak kelima dari delapan bersaudara ini berasal dari keluarga petani sederhana.

Pada tanggal 20 September 1918, ketika Padre Pio berdoa di depan sebuah salib di kapel tua, sekonyong-konyong suatu sosok seperti malaikat memberinya stigmata.

Stigmata itu terus terbuka dan mencucurkan darah selama 50 tahun.

Stigmata adalah tanda luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang (luka-luka di kaki, di tangan, di lambung, di kepala).

Dalam sejarah Gereja hanya ada tiga orang kudus yang dinyatakan resmi menerima anugerah stigmata ini, yaitu Santo Fransiskus Assisi (Diakon), Santa Katarina dari Siena (Suster), dan Santo Padre Pio (Imam).

Padre Pio dinyatakan Orang Kudus dengan predikat Santo oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma pada tanggal 16 Juni 2002.

Santo Padre Pio adalah pelita bagi dunia modern ini. Cahaya kekudusan dan kedamaiannya memancar ke berbagai penjuru.

Tuhan Yesus mengungkapkan bahwa pelita harus ditempatkan di tempat yang kelihatan. Sebuah pelita akan bersinar terang dan berguna, jika ditempatkan di tempat yang tepat.

Pelita yang ditaruh di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, akan tertutup cahayanya, tidak berfungsi, dan tidak berguna. Tetapi kalau pelita itu ditaruh di atas kaki dian, barulah ia berguna dan menjadi berkat sebab menerangi tempat itu.

Selain sebagai penerangan, pelita juga berfungsi untuk menghangatkan. Begitulah seharusnya keberadaan kita orang beriman Katolik di dunia ini, yaitu mampu menghadirkan kehangatan bagi orang-orang di sekitar. Mengapa?

Sebab dunia saat ini telah menjadi dingin (menipisnya ‘rasa’ kasih), di mana manusia lebih mencintai dirinya sendiri, tidak tahu berterima kasih, sulit bersyukur, mudah mencela dan mencari-cari kejelekan orang lain, serta sulit berdamai dengan orang yang pernah melukai.

Pertanyaan refleksinya: Bersediakah Anda hadir sebagai pelita masa kini yang menerangi dan menghangatkan orang-orang di sekitar Anda? Apa yang ingin Anda usahakan?

Berkah Dalem dan salam teplok.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version