Rabu, 21 Juni 2017: Bacaan Mat. 6:1-6,16-18.
“Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang” (Mat 6:2)
Saudari/a ku ytk.,
Sudah beberapa bulan ini saya dikirimi pulsa tiap awal bulan. Jumlahnya pun bagiku fantastis. Pada awalnya saya tidak tahu siapa yang setiap awal bulan mengirimi saya pulsa itu. Tidak ada yang memberi info. Sehingga saya tidak tahu harus berterimakasih kepada siapa. Saya hanya mendoakan umat yang baik hati dan tulus itu.
Dan belum lama saya tahu siapa beliau. Hatiku makin terharu dan trenyuh. Makasih atas ketulusan njenengan. Doaku untuk njenengan dan anak-cucu-menantu.
Ya, memberi dengan tulus. Itulah salah satu keutamaan yang dipuji Yesus dalam injil hari ini. Pribadi yang tulus adalah pribadi yang rendah hati dan tidak pamer alias tidak menyombongkan diri. Ia memberi tak harap pujian atau balasan. Ibarat kasih ibu kepada beta tak terkira sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.
Tindakan yang tulus bersumber dari hati yang dekat dengan Tuhan. Pribadi yang selalu merindukan Tuhan. Salah satu pribadi itu ditemukan dalam diri Santo Aloysius Gonzaga (1568-1591). Ketika berumur 9 tahun, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan menjaga kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.
Ia studi teologi di Kolese Roma. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.
Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolese Roma. Ia teladan orang yang tulus membantu sesama meski nyawa taruhannya.
Maukah Anda menjadi bagian dari orang yang tulus di zaman ini?
Pagi-pagi melihat ikan-ikan berenang
Airnya bening ikan pun aman
Pribadi yg tulus memang sangat jarang
Mari kita tulus tidak harap pujian.
Berkah Dalem. Salam Teplok.