Home BERITA Percik Firman: PW Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Menyampaikan Suara Kenabian

Percik Firman: PW Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Menyampaikan Suara Kenabian

0
Basiliki St. Silvester dekat Fontana di Trevi, Roma. (Romo Yohanes Gunawan Pr)

Kamis, 29 Agustus 2019: Bacaan Markus 6:17-29

“Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.” (Mrk 6:19)

Pada bulan Juni kemarin saya datang ke Basilika Santo Silvester, dekat Fontana di Trevi, Roma. Di dalam basilika itu ada dua relikwi orang kudus, yaitu kepala Santo Silvester (Paus) dan kepala Santo Yohanes Pembaptis.

Basilika ini dibangun pada abad VIII.

Hari ini, 29 Agustus, Gereja merayakan wafatnya Santo Yohanes Pembaptis. Dia wafat dengan dipenggal kepala atas perintah Raja Herodes.

Kisah tentang kemartiran Yohanes Pembaptis terjadi di Benteng Makherontes, sebuah tempat peristirahatan milik Herodes di dekat Laut Mati. Secara liturgis, pesta hari ini disesuaikan dengan pembangunan gereja Santo Yohanes Pembaptis di Sebaste, Samaria.

Apa saja nilai-nilai luhur yang diwariskan Santo Yohanes Pembaptis bagi kita zaman ini?

Dia menjadi martir karena memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Dia adalah pribadi yang jujur dan berani menegakkan kebenaran sejati. Dia juga menjadi inspirator bagi banyak pribadi yang bekerja keras memperjuangkan kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat sampai zaman ini.

Singkatnya, ia berani menyampaikan suara kenabian dan siap menghadapi risiko (dibenci, dipenjara dan sampai dibunuh dengan dipenggal kepalanya).

Bacaan Injil hari ini mengisahkan dendam yang dialami Herodias kepada Yohanes Pembaptis. Diungkapkan, “Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat.” Herodias adalah isteri dari Filipus, yang kemudian diambil oleh Raja Herodes menjadi isterinya. Padahal Filipus adalah saudaranya Raja Herodes sendiri.

Atas tindakan yang tidak etis itu, Yohanes mengkritik keras di hadapan umum. Akibatnya, Yohanes ditangkap dan dipenjara. Dendam Herodias pada Yohanes memuncak dengan kematian Yohanes yang dipenggal kepalanya. Dendam yang berlarut-larut ternyata sangat berbahaya.

Tidak mudah memang menerima kritik. Tidak mudah juga mengampuni orang yang sudah mengkritik di depan umum. Sebagai orang beriman dewasa, kita seharusnya berterimakasih atas teguran dan kritikan tersebut.

Berdasarkan penelitian dari Medical College of Georgia, orang-orang yang memiliki dendam selama bertahun-tahun mengalami peningkatan risiko kesehatan, termasuk penyakit jantung, hipertensi, maag, sakit punggung, dan sakit kepala.

Bahkan secara psikologis, menurut psikolog klinis dr. Seth Meyers, banyak studi menunjukkan bahwa menyimpan dendam serta senantiasa berperasaan negatif berakibat buruk bagi kesehatan mental kita, seperti gangguan kecemasan dan frustasi.

Pertanyaan refleksinya: Apakah hari-hari ini Anda sedang menyimpan dendam terhadap seseorang? Bersediakah Anda menyampaikan suara kenabian zaman sekarang ini? Selamat merenungkan. Berkah Dalem dan Salam Teplok.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version