Rabu Abu, 14 Feb 2024
Bacaan Injil: Mat 6:1-6.16-18
Saudari/a ku ytk.,
TANGGAL 14 Februari 2024 ini sangat spesial dan mengesankan. Kenapa? Karena ada 3 peristiwa penting, yaitu: Rabu Abu, Hari kasih sayang, serta Pemilu presiden-wapres dan wakil rakyat.
Setiap tanggal 14 Februari banyak orang merayakan hari kasih sayang (valentine day). Kasih sayang dapat diwujudkan dengan berbagai macam bentuk dan cara. Ada yang berbagi coklat, bunga, uang, pulsa, doa, sapaan, dsb. Untuk menunjukkan kasih sayang tidak harus menunggu tanggal 14 Februari. Kasih sayang dapat diungkapkan dalam hidup sehari-hari, baik dalam bentuk pujian, apresiasi, maupun kritik.
Pada hari kasih sayang ini bangsa Indonesia juga merayakan pesta demokrasi. Kita mengadakan pemungutan suara pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, serta anggota DPD RI.
Kita yang sudah punya hak pilih perlu menunjukkan kasih sayang kita kepada bangsa dan negara kita dengan terlibat memberikan suara kita dalam pesta demokrasi lima tahunan ini. Keterlibatan kita dalam pemilu menunjukkan semangat 100% Katolik 100% Indonesia, seperti pesan Mgr. Alb. Soegijapranata SJ.
Kasih sayang juga sering kita terima dari Allah, baik disadari maupun tidak. Kasih sayang Allah secara nyata kita terima dalam bentuk penebusan dan pengampunan dosa. Karena kerapuhan manusiawi, kita jatuh dalam dosa. Allah memberi kita kesempatan untuk membangun pertobatan.
Mulai hari ini kita memasuki masa Prapaskah, pantang puasa, yang ditandai dengan Hari Rabu Abu. Dalam Masa Prapaskah kita diajak untuk 2 hal: untuk mengenangkan atau menyiapkan Baptis, dan untuk membina pertobatan. Sedangkan Tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) Prapaskah 2024: “Tinggal dalam Kristus, Bertumbuh dalam Iman, dan Berbuah dalam Kesaksian”.
Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang-berpuasa untuk menyongsong Hari Raya Paskah. Pada permulaan Masa paskah ini, dahi kita semua ditandai dengan abu.
Penerimaan abu pada Rabu Abu ini berasal dari tradisi Gereja pada abad ke-8, di mana orang menjalani denda dosa di muka umum (penitensi umum). Mereka berpakaian dari bahan kasar, dan menaburkan abu di atas kepala mereka. Abunya diperoleh dari abu bakaran daun palma kering dari Minggu Palma tahun sebelumnya.
Seorang imam menandai dahi kita dengan abu sambil berkata, ”Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Tak jarang ada umat yang bertanya: kenapa yang dipakai abu? Ada 2 alasan, yaitu: menyadarkan siapa manusia (pribadi yang rapuh dan berdosa) dan menyimbolkan pembersihan diri kita (abu biasanya dipakai untuk membersihkan peralatan masak yang kotor).
Selama Masa Prapaskah kita diajak untuk memperbarui hidup kita, mengoyakkan hati kita –bukan pakaian kita– (Yl 2:13), berdamai kembali dengan Allah (1 Kor 5:20), serta melakukan tiga olah rohani yaitu Bersedekah, Berdoa, dan Berpuasa (Mat 6).
Bersedekah atau beramal melalui dana Aksi Puasa Pembangunan (APP) sebagai upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, dan memberi pertolongan. Berdoa sebagai usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, seperti doa Jalan Salib. Dan berpuasa (+ pantang) sebagai ungkapan lahir dari pengendalian diri kita.
Kita sebagai murid Yesus diingatkan agar selalu menjalani hidup kesalehan dalam kesadaran terus-menerus. Kita tidak boleh melakukan perbuatan baik dengan intensi agar dilihat atau diperhatikan orang lain. Diharapkan perbuatan olah kesalehan kita tidak menjadi sebuah pertunjukan (show) dan kesombongan diri. Perilaku seperti itu adalah tindakan seorang munafik dan sudah mendapatkan reward atau balasan.
Yesus mengecam kepalsuan atau kesalehan pura-pura yang didorong oleh kebutuhan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan. Sedekah, puasa dan doa tidak akan membawa berkah bila kita tidak melakukannya dengan tulus.
Puasa dan pantang orang katolik bukan soal sekedar makan-minum. Makan-minum hanyalah salah satu bentuknya. Maka, puasa kita tidak akan terganggu dengan warung-warung makanan yang buka. Puasa-pantang kita lebih terkait dengan pengendalian diri demi nilai-nilai yang lebih luhur (pembaruan hidup, pertobatan, dan semangat berbagi). Yang dikendalikan adalah diri sendiri, bukan orang lain.
Hari puasa tahun 2024 jatuh pada hari Rabu Abu (14 Feb) dan hari Jumat Agung (29 Maret). Hari pantang jatuh pada hari Rabu Abu dan 7 Jumat selama masa Prapaska (14 Februari – 29 Maret 2024). Yang dimaksud dengan berpuasa adalah makan hanya satu kali (1x) saja dalam sehari, yakni pada hari Rabu Abu dan hari Jumat Agung. Yang wajib berpuasa adalah yang berumur antara 18 tahun sampai dengan awal tahun keenampuluh (60).
Yang dimaksud dengan berpantang adalah tidak makan daging atau makanan lain yang disukai pada hari Rabu Abu dan hari Jumat selama masa Prapaska. Misalnya: mengurangi rokok, kopi, gula, nasi, lauk pauk (daging), bensin, jajan, hiburan, nonton video/film/gbr porno, dsb. Jangan mengurangi bekerja, belajar dan berdoa yaaa…hehehe… Yang wajib berpantang adalah yang sudah genap berumur 14 tahun.
Marilah kita mohon kepada Tuhan agar kita dapat mengisi masa Prapaskah, masa retret agung ini dengan terus mengupayakan sikap yang tulus, entah dalam bersedekah, berpuasa maupun berdoa.
Pertanyaan refleksinya, Apa yang akan Anda pantang selama Prapaskah? Apa saja niat konkret yang Anda lakukan sebagai bentuk pertobatan di masa Prapaskah tahun 2024 ini? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang).# # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)