Kamis, 2 April 2020
Bacaan Injil: Yoh 8: 51–59
“Kata orang-orang Yahudi kepada Yesus: ‘Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan” (Yoh 8:52)
Saudari/a ku ytk.,
DALAM hidup sehari-hari tak jarang kita menjadi korban fitnah dari orang lain. Fitnah bisa terjadi di keluarga, komunitas, paguyuban, sekolah, tempat kerja, gereja, dan masyarakat.
Beberapa kali saya mendampingi umat yang menjadi korban fitnah dari pasangannya, korban fitnah dari rekan kerjanya di kantor, maupun korban fitnah dalam pelayanan di gereja paroki. Bahkan saya sendiri pernah menjadi korban fitnah.
Apa itu fitnah? Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas seseorang atau peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang.
Fitnah ini muncul karena beberapa faktor, antara lain: kebencian, kemunafikan, iri hati, sakit hati, dan kedustaan. Fitnah bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan membuat kesengsaraan seseorang/kelompok tertentu. Singkatnya, fitnah menjadi sarana menghalalkan segala cara untuk tujuan atau ambisi tertentu.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana orang-orang Yahudi memfitnah Yesus. Terjadi konflik yang makin meruncing antara Yesus dengan orang Yahudi. Bahasa yang tidak sambung sering menimbulkan salah paham dan pertengkaran.
Suasana ketegangan semakin terasa. Yesus berusaha untuk menjelaskan jati diriNya dan maksud kedatanganNya ke dunia. Namun mereka tidak ingin mendengarkanNya, bahkan ingin menyingkirkanNya.
Berbagai tuduhan dan fitnahan ditujukan kepada Yesus. Yesus difitnah: kerasukan setan, menghujat Allah, mesias palsu, pengacau stabilitas keamanan, dsb. Keinginan dan maksud baik Yesus disambut dengan permusuhan, karena mereka tidak mau membuka hati dan mendengarkan Yesus dengan hati. Karya keselamatan Allah seringkali terhambat justru karena ulah manusia sendiri.
Bahasa yang tidak sambung sering menimbulkan salah paham dan pertengkaran. Dibutuhkan penyelarasan terus-menerus supaya bisa mengerti satu sama lain. Demikian pula manusia dengan Tuhan. Ketika keselarasan itu dicapai maka ‘paduan suara’ kehidupan pun bisa mencapai harmoni yang nyaman di seluruh indera kita.
Yesus memberi teladan: tidak gentar dan tidak takut atas fitnah. Dia maju terus pantang mundur demi keselamatan banyak orang, sampai rela wafat disalib.
Pertanyaan refleksinya, pernahkah Anda difitnah? Bagaimana sikap Anda atas fitnah itu? Bagaimana relasi Anda dengan Tuhan akhir-akhir ini? Bagaimana relasi Anda dengan anggota keluarga Anda?
Berkah Dalem dan Salam teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)