Bacaan 1: 1Tim 6:2c – 12
Injil: Luk 8:1 – 3
KITA pernah punya perempuan-perempuan hebat Indonesia. Antara lain Cut Nyak Dhien, RA Kartini, Dewi Sartika, serta di zaman ‘now’ ada: Susi Susanti, Yayuk Basuki, Trio pemanah Nurfitriana, Sri Mulyani, dan masih banyak lagi.
Mereka adalah pahlawan bangsa, ikut berjuang mengharumkan bangsa dengan caranya masing-masing.
Mereka semua melayani negara, terlibat dalam perjuangan bangsa di arena masing-masing tanpa memikirkan apa untungnya bagi mereka pribadi.
Saya terkesan dengan bacaan Injil hari ini yang mengetengahkan perempuan-perempuan hebat di sekitar Tuhan Yesus.
Dalam tradisi Yahudi, wanita sering tidak diperhitungkan. Biasanya hanya laki-laki yang diperhitungkan. Mereka sering menjadi orang-orang terpinggirkan.
Wanita-wanita hebat di sekitar Yesus itu turut mewartakan Injil dengan cara melayani-Nya dan para murid lainnya ke mana pun pergi.
Mereka tidak memikirkan apa untungnya. Namun justru menyumbangkan harta mereka sendiri demi melayani Yesus dan para murid-Nya.
Mereka adalah Maria Magdalena, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Suzana dan masih banyak lagi. Mereka telah dibebaskan dari roh-roh jahat serta disembuhkan dari penyakit. Maka sebagai bentuk rasa syukur, mereka mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan Yesus.
Sebagai Katolik, kita pun diutus untuk mewartakan kabar gembira Allah dengan cara kita masing-masing. Ada yang sebagai guru, pedagang, rohaniwan-rohaniwati, profesional dan sebagainya.
Melalui peranan itu kita mewartakan Injil Allah. Tidak harus membawa alkitab kemana-mana, sebab Tuhan ada dalam diri kita.
Hal ini juga ditekankan oleh Rasul Paulus. Dalam melayani, jangan mencari atau memikirkan keuntungan pribadi.
Menjadi kaya tidak salah, tentu saja. Namun mereka yang memburu uang semata, maka akan jatuh dalam pencobaan.
Nasihat Paulus kepada anak didiknya, Timotius, agar tetap setia dalam iman, mengejar keadilan, takwa, cinta kasih dan kelembutan hati.
Bertanding dalam pertandingan yang benar.
Pesan hari ini
Murid-murid Yesus juga terdiri dari wanita-wanita hebat. Mereka mendukung pewartaan-Nya dengan cara melayani dan menggunakan harta pribadi.
Melayani bukan untuk mencari keuntungan duniawi, namun bentuk rasa syukur karena telah diampuni.
“Tanpa pengampunan, tidak ada masa depan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”