Puncta 21 Juli 2024
Minggu Biasa XVI
Markus 6: 30-34
RETRET sering dilakukan para pastor, suster atau biarawan-biarawati. Sekarang kaum awam pun banyak ikut retret. Hampir tiap tahun mereka memiliki jadwal retret wajib.
Mengapa harus ada jadwal retret? Karena retret adalah pengalaman untuk menimba kekuatan iman agar terus dikuatkan dalam peziarahan hidup.
Pengalaman retret paling menarik yang saya alami adalah ketika ikut retret di Wisma Tabor, Pusat Damai, Parindu, Sanggau, Kalimantan Barat. Ini adalah retret terjauh yang dilakukan para imam Keuskupan Ketapang.
Perjalanan sepanjang 300 km lebih ditempuh dengan sepeda motor. Jalan Trans Kalimantan belum dibangun. Kita harus melewati jalan buruk berlumpur dan menyeberangi Sungai Kapuas di Pelabuhan Piasak.
Monsignour Agustinus Agus waktu itu masih sebagai Uskup Keuskupan Sintang membimbing kami. Beliau mengatakan, “Inilah retret sesungguhnya yakni beristirahat bersama Tuhan. Inilah peziarahan hidup pelayanan kita yang sesungguhnya, menempuh perjalanan jauh dengan segala kesulitannya.”
Beliau berpesan, “Tinggalkan segala kesibukan tugas paroki. Sekarang gunakan waktu santai, hening, tenang, duduk mendengarkan suara Tuhan. Anggap saja seperti liburan bersama Tuhan.”
Yesus juga mengajak retret para murid-Nya, “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.
Begitu banyak tugas dan pekerjaan menyita waktu. Kita butuh semangat dan inspirasi baru dalam menjalani tugas masing-masing. Pergi ke tempat sunyi mencari keheningan dan inspirasi kekuatan dari Tuhan sangat penting.
Seperti orang yang menebang atau menggergaji kayu, mereka butuh berhenti, duduk sebentar agar bisa mengumpulkan daya kekuatan sehingga pekerjaannya cepat selesai. Kalau terus menebang, tenaga akan habis dan pekerjaan malah terbengkelai.
Banyak orang menemukan semangat dan kekuatan baru setelah retret. Ada gairah hidup yang ditimba dari keheningan retret.
Mengapa Tuhan memberi satu hari untuk istirahat dalam seminggu? Supaya kita pergi ke tempat sunyi dan beristirahat bersama Tuhan, menemukan semangat baru untuk menjalani hari-hari berikutnya.
Menempuh jalan jauh ke Tayan,
Singgah makan ikan di warung pelabuhan.
Dengan hening di hadapan Tuhan,
Kita makin dikuatkan dalam peziarahan.
Cawas, mari hening sebentar
Rm. A. Joko Purwanto, Pr