Home BERITA Perhatian dan Kasih Menjadikan Doa Berbuah Berkat

Perhatian dan Kasih Menjadikan Doa Berbuah Berkat

0
Ilustrasi

Kamis, 9 Juni 2022

  • 1Raj. 18:41-46.
  • Mzm: 65:10 abcd.10e-11.12-13;
  • Mat. 5:20-26.

BANYAK orang mengira bahwa ibadat itu dapat dilaksanakan hanya secara formal dan bersikap pribadi.

Ibadat seakan hanya tentang hubungan pribadi dengan Tuhan.

Kadang orang berpiir cukup dengan tekun ibadat, maka akan mendapat berkat dari Tuhan.

Nilai suatu ibadat itu menurut Yesus sangat tergantung dari sikap batin atau keadaan hati seseorang terkait dengan tindakan kita pada sesama.

Kalau dalam hati kita masih tersimpan rasa dendam, permusuhan atau kejengkelan dengan orang lain, maka di mata Tuhan ibadat kita itu tidak mempunyai arti.

Kita harus berdamai dulu dan membereskan hubungan kita dengan orang lain. Baru dengan hati bersih kita menghadap Tuhan.

“Saya sering berdoa, dan aktif pelayanan. Namun mengapa seakan doa-doa saya tidak sepenuhnya didengar Tuhan dan tidak juga dikabulkan,” kata seorang bapak.

“Lama aku bergulat dengan pertanyaan ini, hingga pada suatu hari ketika saya ikut kegiatan rohani di paroki, saya disadarkan akan sesuatu yang aku lalaikan,” katanya lagi.

“Coba kamu sering mengunjungi orangtuamu,” kata pastor pembimbing.

“Hubunganku dengan orang tua baik-baik saja, dan aku setiap bulan kirim uang untuk kehidupannya, bahkan aku usahakan setiap bulan menelepon mereka juga,” jawabku.

“Mereka merasa senang jika saya menelepon mereka,” lanjutnya.

“Tetapi cobalah mulai sekarang usahakan datang dan bermalam di rumah mereka,” desak pastor itu.

“Saya agak kaget dan ada rasa yang aneh mendengar nasihat pastor itu, memang sudah lama sekali saya tidak menginap di rumah orangtuaku, saya jadi kangen, dan pikiranku melayang di masa-masa kecil bersama kakak dan adikku,” kata bapak itu.

“Selang beberapa lama, saya sengaja mengajak istei dan anak-anak liburan ke kota di mana orang tuaku tinggal,”ujarnya.

“Saya mengajak mereka menginap di rumah orangtuaku, sesuatu yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya, karena biasanya kami akan menginap di hotel lalu kunjung beberapa saat sebelum kami pulang,” kisahnya.

“Malam itu menjadi malam yang sangat magis, saya melihat kebahagiaan yang luar biasa dari wajah bapak ibuku yang mulai renta,” katanya.

“Malam itu aku menemukan kebahagiaan yang selama ini aku tidak pernah rasakan, keteduhan hati orang tuaku seakan menyiram batinku dengan kasih yang begitu murni,”tegasnya.

“Kegembiraan dan sukacita juga dialami oleh isteri dan anak-anakku,” lanjutnya.

“Bahkan setelah peristiwa itu, saya merasakan doa-doaku menjadi begitu subur dan Tuhan seakan selalu memberikan bahkan sesuatu yang belum aku mohon pada-Nya,” katanya.

“Sejak itu, kami selalu ambil waktu kunjung orangtua dan meluangkan waktu untuk bersama mereka,” katanya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahan di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahan di depan mezbah itu, dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahan itu.”

Hidup kita tidak akan pernah lepas dari lingkungan yang kita jalani setiap hari.

Ketika lingkungan hidup baik maka hidup kita juga akan baik, sebaliknya ketika lingkungan tidak harmonis maka kita cenderung tidak peduli dengan orang lain.

Apa yang terjadi dengan sesama kita itulah yang kita bawa dalam doa kita.

Semakin kita terbuka dan menaruh kasih pada sesama, doa-doa kita menjadi penuh berkah.

Namun jika kita penuh amarah dan kebencian; bahkan melupakan tanggungjawab kita kepada sesama khususnya pada orang tua, doa menjadi kering dan tidak menimbulkan semangat untuk bertindak konkret bagi kesejahteraan bersama.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku punya perhatian yang baik dengan sesama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version