PAGI-pagi benar dalam kelompok kecil yakni berdua-dua para frater Montfortan berjalan kaki ke satu tujuan yang sama yakni Kapel Santo Bonifasius Stasi Landungsari Dau, Kabupaten Malang. Mereka diberi kebebasan untuk menemukan jalan yang harus dilewati menuju kapel tujuan.
Ada yang mengambil arah menyusuri jalan Tlogoagung – Tirto Mulyo – Tirto Taruno dan sampai. Tetapi ada juga melalui jalan lain yakni jalan Tlogosari, Tlogowulan, kemudian jalan perumahan lewat depan Pasar Desa Landungsari terus ke jalan Tirto Taruno baru kemudian tiba di Kapel.
Terjadi hari Kamis 16 Januari 2025.
Berdua-dua baik dalam perjalanan menuju kapel ataupun ketika kembali pulang ke rumah Pondok Kebijaksanaan tidak boleh memilih sendiri teman seperjalanan. Mereka menentukan teman seperjalanan dengan terlebih dahulu menghitung bilangan 1 hingga 20 dalam dua kali hitungan.
Dari sini baru diketahui siapakah teman seperjalanannya; satu bersama satu, dua bersama dua dan seterusnya. Ada kemungkinan frater tingkat satu menjadi teman seperjalanan frater S2 atau bahkan Diakon, dan lain sebagainya.
Perjalanan antar satu kelompok dengan kelompok yang lain juga berjeda beberapa menit, namun semua frater telah tiba di tempat tujuan sekitar pukul 06.30 WIB.
Teman seperjalanan inilah teman berbicara, teman syering kehidupan, teman berbagi pengalaman masa pembinaan. Seolah mereka sedang mengikuti perjalanan para murid ke Emaus.
“Perjalanan ke Emaus” merupakan hari ketiga dari empat hari retret yang harus dijalani semua frater Montfortan sebelum mereka mulai kuliah semester genap tahun 2024/2025. Retret hari pertama kedua dan keempat dilaksanakan di Biara Pondok Kebijaksanaan.
Setelah dirasa waktu istirahat cukup, acara selanjutnya adalah Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Pastor Anar SMM, Pastor Pembimbing Retret, di Kapel Santo Bonifasius. Dengan bacaan suci dari Surat Paulus kepada Umat Ibrani 3:7-14 dan Injil Markus 1:40-45.
Dua hal pokok yang ditekankan adalah: Pelayanan diisi dengan belas kasih. Tuhan Yesus telah mengajarkan belas kasih, dan sekarang umat sering mengajarkan kepada kita tentang praktik belas kasih. Belas kasih bertumbuh dari kepekaan membantu orang lain.
Orang kusta telah menyebarkan kebaikan Tuhan. Kita juga wajib menyebarkan kebaikan-kebaikan dimana-mana termasuk menyebarkan kebaikan siapa saja. Berceritalah yang dapat menumbuhkan sikap pujian dan apresiatif. Bertumbuhlah dalam sikap positif, Perangilah segala gosip-gosip yang buruk.
Berbagi cerita
Dengan dipandu Frater Herwin SMM, para frater dipersilahkan untuk menyampaikan cerita dalam “Perjalanan ke Emaus” tadi pagi.
“Kami berdua berjalan menuju kapel, tetapi tidak tahu di mana letak kapel. Beruntung di depan agak jauh ada juga frater diakon yang sedang berjalan. Kami mengikuti saja dari belakang. Makna yang bisa saya syeringkan: ‘Ketika saya tidak tahu saya belajar dari yang tahu’. Perjalanan dengan jalan kaki terasa jauh, akan tetapi kami berdua menikmati perjalannya sehingga menjadi tidak terasa”
“Dalam perjalan ini kami bercerita tentang masa lalu dan masa yang akan datang tetapi dalam perjalanan sandal saya putus sehingga sandal tidak lagi menemani saya dalam perjalanan ini, namun kami diingatkan untuk tetap semangat sampai tujuan.”
“Rupanya perjalanan kami asing berbicara dan membahas banyak hal seolah tidak bermakna, tetapi begitu sampai tempat disini disambut oleh umat Landungsari dengan penuh sukacita, maka seperti para murid bersukacita yang disambut Yesus dengan berkata ‘damai sejahtera bagi kamu’ seperti yang tadi malam disampaikan oleh Romo Anar SMM dalam kutipan Lukas 24:13-31.”
“Perjalanan saya dari Rumah Pondok Kebijaksanaan, banyak hal kami bicarakan berdua, yang membuat saya senang dengan perjalanan ini yakni saling menguatkan satu sama lain. Kami saling berbagi cerita. Saya mengingatkan frater sebagai sahabat untuk saling menguatkan. Kami ingat akan pesan dari Romo Anar agar kita juga perlu belajar dari umat karena mereka lebih tahu kehidupan. Kita perlu mendengar cerita umat, kita perlu tahu apa yang umat inginkan.”
“Dalam perjalanan penuh semangat, saya banyak cerita terutama tentang proses pembinaan saya, bersyukur pada hari ini bisa mengikuti acara perjalanan ke Emaus sebagai bagian dari retret”.
“Saya tahu jalan menuju kapel, frater teman saya juga tahu jalan lain. Jadi kami berdua tahu jalan yang berbeda dengan tujuan yang sama. Refleksinya kita mempunyai pandangan berbeda, pengetahuan yang berbeda tetapi apakah kita mau mengikuti jalan Kongregasi. Ketika sadar bahwa jalan kita salah, kita perlu mundur lagi ke belakang dan melihat frater lain yang di depan. Kadang kita sendiri yang mengendalikan panggilan kita, maka ketika berada di luar jalur cobalah kembali ke jalur yang benar.”
“Terimakasih umat katolik Landungsari; khususnya Presidium Maria Bunda Berbelas Kasih yang telah menyambut kami dengan sapaan gembira dan pelayanan yang sangat baik serta memperkenankan kami untuk singgah di Kapel Santo Bonifasius,” kata Frater Yoga SMM Ketua Panitia.
Kredit: Laurensius Suryono