Minggu 25 Agustus 2024.
Yos. 24:1-2a,15-17,18b;
Mzm. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23; Ef. 5:21-32;
Yoh. 6:60-69
MENJALANI rutinitas yang kita lakukan setiap hari menuntut energi dan usaha banyak. Hari-hari kadang bisa terasa berat, penuh ujian dan cobaan dalam hidup sehingga membuat kita lelah.
Terkadang hidup tak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Entah dalam hal karya pelayanan maupun hidup bersama dalam keluarga atau komunitas.
“Mengapa Tuhan kadang begitu keras membiarkan aku menghadapi begitu banyak kesulitan,” kata seorang ibu.
“Hidupku diwarnai dengan banyak air mata kesedihan.
Ada banyak alasan kenapa aku mulai merasa lelah menjalani kehidupan ini. Kadang rasa lelah itu muncul saat aku perlu Tuhan untuk menolongku tetapi Tuhan seakan diam bahkan terasa jauh dari hatiku.
Saya lelah karena kehidupanku terlalu sulit, rumahtangga terlilit masalah ekonomi, hingga untuk membayar kontrakan rumahpun saya tidak mampu. Biaya anak sekolah tidak bisa setiap bulan aku tepat, air dan listrik yang masih harus saya bayar setiap bulan pun kadang tidak terbayar.
Kesulitan yang datang ke dalam hidupku terus berulang setiap waktu, setiap hari selama bertahun-tahun, membuatku merasa ingin berhenti.
Namun bagaimanapun kondisiku saat ini, tentu masih ada yang bisa saya syukuri. Dalam segala keterbatasan aku masih bisa bertahan sampai saat ini. Kini aku tetap berjuang dan berdoa serta selalu berpikir positif, semoga aku bisa melewati masa sulit ini,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: Apakah kamu tidak mau pergi juga? Jawab Simon Petrus kepada-Nya: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.”
Sering kali kita melihat sabda Yesus sebagai suatu yang tidak masuk akal, seperti halnya gagasan “Allah yang menjadi santapan”. Kita memandang bahwa ajaran-ajaran Yesus itu sulit, sehingga kita ingin meninggalkan Yesus.
Namun rasul Petrus bisa meneguhkan iman kita. Jawaban Petrus “Kepada siapakah kami akan pergi?.” Ini mau mengingatkan kita bahwa satu-satunya jaminan kehidupan adalah Yesus.
Ajaran Yesus tentang Roti Hidup, menunjukkan kepada kita kemana kita harus pergi untuk menemukan jaminan hidup di dunia dan akhirat.
Yesus tidak pernah berusaha untuk membuat ajaran-Nya mudah atau menyenangkan untuk diikuti. Dia tahu bahwa jalan hidup sebagai pengikut-Nya sering kali penuh dengan tantangan dan pengorbanan.
Ketika para murid merasa ajaran-Nya terlalu berat, Yesus tidak mengubah pesan-Nya; sebaliknya, Dia meminta mereka untuk menilai komitmen mereka.
Dalam hidup kita, kita mungkin menghadapi situasi yang membuat iman kita tampak sulit. Namun, ketulusan kita dalam mengikuti Kristus ditunjukkan ketika kita tetap setia meski dalam kesulitan.
Bagaimana dengan diriku?
Apalah aku tetap setia pada Tuhan meski begitu banyak kesulitan?