Ketua Umum PGGP, Pdt. Lipiyus Biniluk, didampingi beberapa anggota, kepada pers di Jayapura, Senin mengatakan, potensi konflik di Papua saat ini telah mencapai tingkatan yang sangat serius, sehingga membutuhkan upaya penyelesaian secara menyeluruh dan damai.
Dia mengatakan, situasi penuh konflik harus direspon secara baik oleh semua pihak, termasuk lembaga politik seperti DPRD dan pemerintah, intitusi keamanan TNI/Polri dan masyarakat sipil, dengan seksama, arif dan bijaksana, sehingga tidak semakin mempertajam konflik tengah masyarakat.
“Perbedaan penafsiran sejarah integrasi Papua antara pemerintah Indonesia dan rakyat Papua, menjadi akar masalah kita selama ini dan aksi saling balas antara kedua pihak telah menciptakan siklus konflik di Papua. Ini yang harus segera dihentikan dengan dialog damai Jakarta-Papua,” ujar Lipiyus Biniluk.
Dia menambahkan, sudah terlalalu sering, terjadi insiden yang menimbulkan korban jiwa dan materil yang tak bisa lagi diperkirakan jumlahnya, padahal semua pada prinsipnya ingin ada kedamaian.
Dalam kesempatan itu, PGGP juga mengeluarkan tujuh butir pernyataan sikap, terkait kondisi Papua saat ini, yang pertama, seluruh lapisan masyarakat atau umat Tuhan agar tidak terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan yang bertujuan memecah belah kerukunan antarumat beragama yang berdampak pada konflik suku, ras dan agama.
Kedua, pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab diminta menghentikan segala bentuk teror dan provokasi terhadap seluruh umat Tuhan di Tanah Papua.
Ketiga, aparat keamanan agar terlibat menjaga keamanan dan tidak melakukan teror terhadap umat Tuhan, teurtama kepada para mahasiswa.
Keempat, kepada pemerintah agar menghentikan penambahan pasukan yang meningkatkan keresahan masyarakat.
Kelima, seluruh komponen masyarakat baik di Jakarta maupun di Papua, agar terlibat menjaga perdamaian serta mendorong proses dialog damai antara Papua dan Jakarta guna penyelesaikan seluruh masalah.
Keenam, seluruh komponen masyarakat di Papua dan seluruh wilayah Indonesia, agar melakukan segala aktifitas kegiatan dalam bentuk apapun, namun tidak mengeleminir upaya dialog damai yang diprakarsai oleh Jaringan Damai Papua.
Ketujuh, Desember adalah bulan umat Nasrani merayakan Natal, maka PGGP meminta semua pihak mengendalikan diri guna menjaga keamanan, ketertiban dan ketenteraman, agar Papua terhindar dari konflik ras, suku dan agama, serta tidak menggunakan kekerasan bersenjata dalam menyikapi ekspresi rakyat, tetapi lebih mengdepankan pendekatan persuasif.