Bacaan 1: Sir 51:12-20
Injil: Mrk 11:27-33
Dalam hidup banyak hal bisa dijumpai, dari pengalaman berkualitas sampai pada hal-hal biasa bahkan ‘remeh-temeh’ (nggak terlalu penting amat). Termasuk didalamnya, sering dijumpai pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya ‘remeh-temeh’.
Pertanyaan-pertanyaan yang nggak perlu dijawab karena hanya menghabiskan energi saja.
Dalam perikop hari ini, Tuhan Yesus mendapatkan pertanyaan dari para imam kepala Bait Allah yang menurutku sangat ‘remeh-temeh’. Mereka mempertanyakan kuasa Ilahi Tuhan Yesus.
Sebagai orang yang ahli agama dan ulama Yahudi, mestinya pertanyaan seperti itu tidak perlu ditanyakan kepada Tuhan Yesus.
Sebelumnya, Tuhan Yesus marah kepada para pedagang di halaman Bait Allah, mereka telah menginjak-injak kesucian Bait Allah serta menjadikannya seperti ‘sarang penyamun’. Oleh tindakan itu para imam kepala merasa terusik sehingga mempertanyakan tindakan Tuhan Yesus itu.
“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”
Tuhan Yesus memilih tidak meladeni pertanyaan itu, karena mereka pun berlagak seolah seperti orang dungu. Tanggapan Tuhan Yesus cukup keras,
“Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Mereka banyak menuntut, curiga, terusik kenyamanannya lalu menuduh. Para imam kepala Yahudi itu semestinya membimbing umat mencari kebenaran Allah bukan malah sebaliknya.
Berbeda dengan Sirakh yang digambarkan sebagai “Guru Kebijaksanaan”.
Penulis Sirakh memberikan perspektif sangat indah tentang bagaimana mencari kebenaran Allah. Seseorang yang mencari kebenaran Allah haruslah menaruh pengharapan, rendah hati, percaya, hormat dan haus akan kebijaksanaan Allah.
Tuhan Yesus berani bertindak (mengusir para pedagang di Bait Allah) karena didasari kebenaran bahwa bait Allah adalah tempat suci, ruang sakral untuk menjalin relasi kudus antara manusia dengan Tuhan Allah dan tabu untuk dikotori dengan perilaku penyamun.
Pesan hari ini
Peran apa yang akan kamu pilih,
Sebagai imam kepala yang selalu menuntut Tuhan dan mengajukan pertanyaan atau permohonan ‘remeh-temeh’ atau peran Yesus bin Sirakh sebagai “Guru Kebijaksanaan”?
“Beberapa orang berpura-pura kuat, tapi mereka hancur di dalam.”