![WhatsApp Image 2022-10-19 at 14.06.57](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2022/10/WhatsApp-Image-2022-10-19-at-14.06.57.jpeg)
BENCANA alam mengejutkan manusia, karena datang mendadak. Gempa bumi, misalnya masih sulit dideteksi. Karena tidak bisa diantisipasi biasanya memakan banyak korban jiwa.
Ketika akibatnya demikian buruk dan menimpa orang-orang baik dan benar, banyak pertanyaan muncul. Mengapa mereka ini harus mati dan bukan orang-orang jahat?
Pertanyaan itu menyiratkan suatu mentalitas bahwa bencana sebaiknya hanya menimpa orang jahat. Ajaran Yesus hari ini membuka mata kita (Lukas 13: 2-5). Bencana bisa mengingatkan orang akan kebinasaan yang mengancam siapa pun yang tidak bertobat.
Pertama-tama, orang perlu bertobat. Artinya, mengubah perilaku yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Misalnya, dari tamak dan merusak menjadi manusia yang arif-bijaksana dan ugahari. Bukankah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor sebagian disebabkan oleh sikap tamak yang merusak alam?
Manusia juga menghadapi bencana sosial, ekonomi, dan politik. Akibat egoisme kelompok tertentu perang berkecamuk dan bencana sosial-ekonomi terjadi. Bila manusia tidak bertobat dan meninggalkan egoismenya, niscaya bencana akan terus menimpa umat manusia.
Kepada kita yang masih hidup, Tuhan menberikan waktu untuk membenahi diri. Setelah tiga tahun menunggu tanpa melihat buah pertobatan, Dia memberi waktu kepada pengurus kebun untuk menggarap kebun itu setahun lagi (Lukas 13: 8-9).
Tuhan itu penuh pengertian dan bersabar terhadap manusia. Namun, semua ada batasnya. Hidup manusia suatu saat akan berakhir. Saat itu tidak ada tawar menawar lagi.
Hari ini dan saat inilah waktu terbaik untuk bertobat itu. Akibat bencana dunia bisa diperbaiki, tetapi bencana akibat tidak bertobat sulit dipulihkan. Apakah kita sadar akan pesan rohani bencana?
Sabtu, 22 Oktober 2022