HARI Sabtu, 22 Juni 2019, pukul 12.00 WIB, diadakan Perayaan Ekaristi Syukur Pesta 40 tahun Tahbisan Episkopal Mgr. Blasius Pujaraharja di rumah keluarga Ny. Santi di Paroki Santo Alfonsus De Liguori Nandan, Yogyakarta.
Perayaan itu berlangsung bersama PUPIP (Pemerhati Umat Persaudaraan Imam Praja), keluarga Mgr. Blasius Pujaraharja, serta umat Paroki Santo Alfonsus De Liguori Nandan dan Paroki Keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta.
Perayaan Ekaristi Syukur dipimpin oleh Mgr. Blasius Pujaraharja didampingi oleh Romo Stephanus Istoto Raharjo Pr.
Menjadi istimewa karena kalung salib yang dipakai Mgr. Blasius adalah kalung salib saat beliau ditahbiskan Uskup di Keuskupan Ketapang 40 tahun silam.
Kalung itu hasil desain tangan kakaknya, alm. Bapak Hermani.
Perayaan Ekaristi berjalan dengan khidmat di depan patung Bunda Maria.
Dalam homilinya Mgr. Blasius, bercerita tentang pengalamannya sebagai berikut:
In Fractione Panis – Dalam Pemecahan Roti
Beliau lalu berkisah, ketika menjadi misionaris domestik di Keuskupan Ketapang.
Saat itu, beliau belum pernah ke Kalimantan. Begitu datang, beliau langsung disambut oleh Bapak Uskup Keuskupan Ketapang saat itu yakni Mgr. Gabriel Wilhemus Sillekens CP.
Belum ada 5 menit tiba di Ketapang, beliau langsung ditunjuk jadi Vikjen. Berikutnya, Mgr. Gabriel W. Sillekens CP berencana akan pulang ke Belanda.
Romo Blasius Pujaraharja yang saat itu menjadi Vikjen Keuskupan Ketapang bertanya: “Bapak Uskup kapan pulang ke Indonesia?”.
Tetapi, Mgr. Sillekens CP langsung menjawab: “Tidak pulang ke Indonesia lagi, dan menyerahkan urusan Keuskupan kepada Romo Pujaraharja.”
Tepat di Hari Raya Kamis Putih, 15 Maret 1979, seluruh umat Keuskupan Ketapang bergembira dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Katedral Santa Gemma Galgani Ketapang ketika diumumkan terpilihnya Romo Blasius Pujaraharja Pr menjadi Uskup Terpilih Keuskupan Ketapang.
Lalu, beliau mulai mencari motto penggembalaanya.
Suatu hari, Romo Pujaraharja masuk ke dalam perpustakaan dan melihat tiga eksemplar tebal lectionarium (Bacaan Harian), lalu ia berdoa di dalam hati sambil memejamkan mata memohon rahmat Tuhan untuk mendapatkan motto yang menjadi pegangan karya penggembalaannya di Keuskupan Ketapang.
Kemudian dalam keadaan masih memejamkan mata dan mengambil salah satu lectionarium itu lalu membukanya dan di tengah tertulis: “Et cognoverunt eum in fractione panis“, maka diambillah motto “In fractione panis”, yang berarti “Dalam pemecahan roti”.
Dalam dan melalui peristiwa pemecahan roti, para murid mengenal Yesus.
Sebelum ditutup oleh berkat penutup Mgr. Blasius Pujaraharja, diadakan potong tumpeng. Berikutnya adalah acara ramah tamah.