HARI-hari ini terjadi kehebohan di medsos soal berita “pernikahan” anjing.
Nama imam Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap) pun ikut “terseret” dalam kehebohan ini. Karena dia telanjur dipersepsikan baru saja telah “menikahkan” dua anjing – binatang peliharaan rumahan ini.
Klafirikasi macam ini sungguh perlu. Agar kita semua bisa mengerti duduk perkaranya. Sehingga masing-masing diri kita tidak perlu “ikut terseret” dalam sebuah framing persepsi yang kemudian malah sampai melebar kemana-mana.
Sudah kenal lama
Untuk keperluan tersebut, Sesawi.Net lalu mencoba menghubungi Romo Lorenzo OFMCap. Dan untunglah imam Ordo Kapusin dari Provinsi Pontianak ini sudah mengenal penulis sejak tiga tahun terakhir ini.
Terjadi ketika penulis mengirim sejumlah buku penting ke Seminari Menengah Nyarumkop di Singkawang, Kalbar. Ikut dikirim ke Seminari Nyarumkop itu buku sejarah perjalanan misi Kongregasi Suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Keuskupan Ketapang, Kalbar: buku Jalan Berlumpur, Sungai Beriam: OSA Membangun Ketapang (2021).
Saat itu, Romo Lorenzo OFMCap tengah bertugas sebagai pendidik para seminaris di Nyarumkop. Dengan demikian, obrolan antara dua kawan lama ini pun bisa berlangsung terbuka dan sangat akrab. Blak-blakan juga.
6 Juli 2023
Sekali waktu di tanggal 6 Juli 2023. Ada permintaan dari Sekretariat Gereja Assisi Paroki Tebet kepada Romo Lorenzo OFMCap. Permohonan khusus itu datang dari seorang umat yang dulu pernah mengurus proses perkawinan mereka di Paroki Tebet.
Dan karena Paroki Tebet itu diampu oleh para imam Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap), maka permintaan khusus ini dianggap sangat pas dengan intensinya. Yakni, kegiatan pet blessing atau doa memberkati binatang sesuai tradisi spiritualitas Fransiskan.
“Isi dan pesan undangannya itu sudah jelas sekali. Mohon romo berkenan melakukan pet blessing,” ungkap Romo Lorenzo kepada Sesawi.Net mengutip inti pesan permohonan yang disampaikan Sekretariat Paroki Tebet, Jakarta Selatan.
Tradisi pet blessing
Di kalangan para imam, suster, dan bruder penghayat spiritualitas Fransiskan, yang namanya praktik sayang binatang itu sudah jamak. Sudah sangat lazim.
“Karena hal itu sangat sesuai dengan semangat dan spritualitas Ordo Fransiskan sebagaimana juga telah diajarkan dan selalu dihayati oleh Santo Fransiskus Assisi. Orang Kudus dari Assisi ini punya kebiasaan yakni semua ciptaan Tuhan itu disebutnya Saudara.
Maka, sebagai seorang Fransiskan, kita semua menyapa Saudara Bumi, Saudara Matahari, Saudara Bulan, dan Saudara Flora dan Fauna. Binatang apa pun jenisnya juga akan disapa Saudara,” kata Romo Lorenzo OFMCap.
Dengan demikian, khazanah pet blessing itu sudah menjadi tradisi lama di Gereja Katolik; utamanya di antara para Fransiskan. Apalagi Santo Fransiskus Assisi itu dikenal sebagai Orang Kudus yang amat mencintai alam semesta dan ingin merawatnya secara baik dan sempurna.
“Kami -para Fransiskan- sudah biasa melakukan pet blessing itu. Biasanya dilakukan bertepatan pesta peringatan Santo Fransiskus Assisi yakni setiap tanggal 4 Oktober,” jelasnya.
Nah, karena undangan resmi itu memang berjudul Pet Blessing, maka berangkatlah Romo Lorenzo OFMCap ke lokasi acara.
Hanya lima menit saja
Dengan menggunakan rumus doa khusus yang biasa diucapkan para imam Fransiskan saat melakukan pet blessing, maka Romo Lorenzo OFMCap pun langsung memberkati anjing-anjing peliharaan rumahan.
Setelah acara ritual sangat singkat itu, ia langsung berpamitan kepada panitia untuk segera pulang ke Paroki Tebet.
“Saya memang memberi berkat kepada binatang-binatang hewan peliharaan rumah: anjing-anjing. Ada sedikitnya 10-an anjing yang saya berkati,” papar Romo Lorenzo OFMCap kepada Sesawi.Net hari Kamis malam tanggal 20 Juli 2023.
Rumus doa
Berikut ini teks rumus doa yang dikatakan Romo Lorenzo OMFCap saat memberkati 10 anjing-anjing itu.
Berkat untuk Binatang Santo Fransiskus Assisi: Untuk semua hewan.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,
Diberkatilah Engkau, Tuhan Allah,
Pencipta semua makhluk hidup.
Pada hari kelima dan keenam penciptaan,
Engkau menciptakan ikan di laut, burung-burung di udara dan hewan di tanah.
Terinspirasi oleh Santo Fransiskus dari Assisi, kami ingin memanggil semua hewan sebagai Saudara dan Saudari kami.
Kami meminta Engkau untuk memberkati hewan ini.
Oleh kekuatan cinta-Mu, mengaktifkannya untuk hidup sesuai dengan rencana-Mu.
Semoga kami selalu memuji Engkau untuk semua keindahan dalam penciptaan.
Terpujilah Engkau, Tuhan Allah kami, dalam semua makhluk ciptaan-Mu. Amin.”
Hanya itu saja. Setelah prosesi ritual sekitar lima menit itu, imam Ordo Kapusin ini langsung cabut, segera undur diri dari TKP.
“Acara berikutnya yang disebut-sebut ‘perkawinan anjing’ itu tidak saya ikuti. Saya sudah tidak berada di lokasi peristiwa,” tandasnya.
Penyayang anjing pastilah paham
Untuk kaum dog lovers alias para penyayang anjing, rasa cinta berlebihan kepada homy pets ini kadang kala memang terkesan over dosis. Karena anjing-anjing peliharaan sungguh serius dirawat; bahkan dimanja, juga amat disayang.
Bahkan kadang kala sering diperlakukan layaknya seperti anak sendiri. Kadang kepalanya dikasih pita. Badannya dikasih pakaian layaknya manusia.
Kalau sakit dibawa ke veterinian -dokter hewan yang kadang kala jasa pengobatan dan perawatannya malah lebih mahal dibanding dokter manusia. Aneka dog food mulai harga biasa sampai yang harga lebih mahal juga tersedia.
Nah ini pula yang berlaku pada Bu Ve, umat Katolik sebuah paroki lain.
Kepada dua anjingnya bernama Jojo dan Luna -anjing hewan kesayangan keluarganya- Bu Ve sudah lama memperlakukan mereka layaknya “anaknya” sendiri.
“Nah, kebetulan juga, sepanjang perkawinan kami sejak 10 tahun terakhir ini, kami berdua belum dikaruniai anak. Akibatnya, luapan emosi kasih kami berdua selalu tertuang pada kedua anabul peliharaan kami di rumah,” tutur Bu Ve menjawab Sesawi.Net, Kamis malam tanggal 20 Juli 2023.
HUT anjing peliharaan
Bu Ve jujur mengakui bahwa gagasan ingin merayakan acara “HUT” kedua anabul peliharaannya itumdibuat sedikit meriah. “Untuk hal rasa-merasa seperti ini, mungkin kaum dog lovers yang lebih bisa merasakannya,” tutur Bu Ve.
Nah, kemeriahan itu semakin “heboh” berkat hadirnya sejumlah kreator konten; lengkap dengan narasi yang ditulis sesuai persepsi pembuatan konten tersebut.
Untuk semua “kesalahan” ini, Bu Ve mengungkapkan penyesalannya. Karena telah membuat masyarakat “heboh”. Juga umat Katolik pun sampai ikut tersulut oleh berbagai persepsi yang telanjur sudah beredar di medsos.
“Saya dan suami ingin mohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat atas kejadian ini,” tutur Bu Ve, seorang ibu rumahtangga yang bersuamikan seorang karyawan swasta asal Kotagede, Yogyakarta.
Permohonan maaf juga disampaikan kepada Keuskupan Agung Jakarta.
terus kemudian dihubung-hubungkan dengan stafsus presiden?
Kalau memang ini adalah tradisi Fransiskan tiap 4 Oktober, tidak perlu pemberkatan on the spot di acara pernikahan seperti ini yang menciptakan blunder di masyarakat umum & Kristen. Saya sebagai umat paroki SPM Purworejo merasa marwah hubungan pernikahan antar manusia (baik profan, teologi maupun praktis acaranya) disamakan dengan hewan peliharaan.
tetep aja nyakitin sih ini buat umat biasa yang untuk dapat layanan pastor aja harus ngantri lama. misal, minta pemberkatan rumah aja harus nunggu ada barengan dari umat selingkungan. mau konsul atau ketemu pastor harus cari waktu di luar jam sibuk romo. ya jadinya maklum sih krn ternyata kesibukan romonya termasuk nglayanin pemberkatan hewan macam ini 😀