Home BERITA Pijar Vatikan II: Megat-Megot Jesuit, Tangis Greysia, dan Inspirasi Tim Azzurri ...

Pijar Vatikan II: Megat-Megot Jesuit, Tangis Greysia, dan Inspirasi Tim Azzurri – Kunci Kebangkitan Pertama: Determinasi dan Change Agility (39E)

0
Ilustrasi - Change agility by CSTD.

USAI menyaksikan pertandingan semi-final Itali melawan Spanyol pada gelaran Euro-2020, Antonio Conte mantan pelatih timnas Itali mengatakan demikian:

Il nostro calcio d’altra parte è sempre stato fatto di studio, applicazione e conoscenze. Ci sarà un motivo se nei grandi tornei siamo quasi sempre arrivati fino in fondo. L’Italia resta una garanzia. Lo dice la nostra storia.

(Sepakbola Italia selalu dibangun berdasarkkan perencanaan matang, pelaksanaan dan pengertian. Dalam turnamen besar, ketiga hal ini membentuk motivasi sampai sehabis-habisnya. Tim Itali jaminan soal totalitas itu. Sejarah sepakbola telah mengatakannya).

Dengan menjuarai Piala Eropa-2020, tim sepakbola Itali asuhan Mancini mencetak rekor 34 kali tak terkalahkan di semua pertandingan resmi. Tidak mengherankan, para pengamat sepakbola menjagokan Itali akan sukses pada gelaran Piala Dunia tahun depan di Qatar.

Tim Itali asuhan Mancini, juga mendapat dukungan penuh dari semua pelatih top Itali seperti Arrigo Sacchi, Marcello Lippi, Giovanni Trapattoni, Carlo Ancellotti, Fabio Capello dan Antonio Conte.

Baru kali ini, para pelatih itu kompak bersepakat mendukung timnas. Biasanya ada saja kritik mereka terhadap timnas Itali dan pelatihnya. Mereka  mengakui, tim juara Eropa-2020 asuhan Mancini adalah tim Itali yang bagus dan solid.

“Sama solidnya dengan tim Itali juara dunia 2006 saya,” kata Lippi.

Semua lini terjalin baik. Depan, tengah, belakang solid.

Memenangkan pertandingan, tentu saja membutuhkan pemain dan tim yang baik. Itali menjadi juara Euro-2020 karena 33 pemain yang dipanggil Mancini bermain apik sejak babak kualifikasi.

Pemain-pemain muda seperti: Gianluigi Donnarumma (kiper), Francesco Acerbi, Giovanni Di Lorenzo, Leonardo Spinazzola (belakang), Nicolò Barella, Bryan Cristante, Manuel Locatelli, Jorginho, Matteo Pessina, Marco Verratti (tengah) serta Andrea Belotti, Federico Bernardeschi, Federico Chiesa, Ciro Immobile dan Lorenzo Insigne (penyerang) bermain bagus.

Donnarumma, Jorginho, Barella, Insigne dan Chiesa sangat bersinar pada ajang Euro-2020.

Donnarumma bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen. Dua pemain tua Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini juga hebat.

Mereka bertarung ‘bak singa terluka dan menjadi palang pintu pertahanan Itali yang amat kokoh.

Namun, memiliki pemain baik, tidaklah cukup untuk memenangkan pertandingan.

Lihat saja Perancis, Belgia, Belanda, dan Inggris.

Mereka lebih diunggulkan di pasar taruhan daripada Itali karena dianggap memiliki pemain-pemain bintang.

Di awal kompetisi Euro-2020, Itali dipandang sebelah mata. Maklumlah Mancini merekrut pemain-pemain muda yang kurang meyakinkan, yang berasal dari club-club papan tengah macam Sassuolo, Torino, Atlanta dan Lazio.

Dari laga Euro-2020, kita bisa belajar, tim pemenang ternyata tidak selalu berasal dari tim penuh bintang.

Selain kekompakan tim, kunci kemenangan dalam sepakbola adalah kemampuan mencetak gol, bukan penguasaan bola.

Ketika berhadapan dengan kesebelasan Spanyol pada partai semi final di Wembley, Itali hanya memiliki 35% ball possession.

Spanyol mendominasi telak jalannya pertandingan.

Toh Spanyol kalah dan tersingkir.

Kata Antonio Conte lagi: “Al di là delle percentuali sul possesso, diventa fondamentale guardare l’indice di pericolosità di una squadra. Perché puoi tenere il pallone quanto vuoi, ma se non crei, non tiri e non segni, non vinci.

(Selain penguasaan bola, yang paling dasar dan perlu dilihat adalah “indeks terciptanya peluang yang membahayakan” yang ditampilkan setiap kesebelasan. Boleh saja sebuah tim menguasai bola sebanyak apapun. Tetapi kalau tim tidak berhasil menciptakan peluang berbahaya, tidak menembak dan menciptakan gol, ia tidak menang).

Dari Tim Azzurri, saya rasa kita bisa belajar: untuk memenangkan pertarungan melawan covid, kita harus memiliki determinasi untuk terus menciptakan peluang yang memungkinkan kita menembak dan menciptakan gol.

Mantan pelatih Timnas Italia Antonio Conte.

Change agility

Dalam bahasa bisnis, determinasi semacam itu sering diistilahkan sebagai “change agility”.

Menurut pakar manajemen seperti McKinsey, change agility adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan meraih kesempatan dalam lingkungan yang lebih cepat dibanding para kompetitor.

Sedangkan menurut Majalah The Economist, change agility adalah kemampuan untuk mentransformasi informasi menjadi ide yang sesuai dengan kebutuhan (pasar).

Dalam pandangan saya, change agility, adalah kekenyalan, keluwesan dalam menghadapi tantangan.

Ada saatnya kita bertahan, ada saatnya kita menyerang, ada saatnya kita sabar membaca permainan lawan.

Ada saatnya kita harus menciptakan peluang di depan gawang, yang membuat kita punya sudut tembak yang bagus dan menciptakan gol.

Itali menjadi juara Euro-2020 karena change aglitynya luar biasa. (Berlanjut)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version