PADA misa hari pertama, Senin 15 Juni 2020 lalu, Pak Harinowo menyanyikan lagu Panis Angelicus di dekat peti jenasah isterinya. Keempat anak mereka dan menantu kemudian menyanyikan lagu Mother How Are You Today? untuk ibunda mereka tercinta.
Pak Harinowo menyanyikan lagu Panis Angelicus dengan tenang dan baik. Sementara anak-anak menyanyikan lagu untuk Ibu mereka dengan hati galau penuh isak tangis.
Umat yang hadir pada misa malam itu, jadi ikut menangis dan mengusap air mata haru. Mereka tak sekuat dan setenang Pak Harinowo melepas kepergian Bu Siska.
Mungkin, untuk sebagian besar orang, menyanyikan lagu Panis Angelicus di saat duka, bukan pilihan yang pas. Orang “lumrah” akan memilih lagu Tuhan Berikanlah Istirahat Kekal atau lagu Gugur Bunga bagi yang meninggal.
Malam itu, Pak Hari menyanyikan lagu Panis Angelicus di dekat jenazah isterinya, bukan tanpa alasan.
Ibu Siska dipanggil Tuhan pada hari Minggu 14 Juni 2020 sekitar pukul 16 sore, ketika Gereja Katolik di seluruh dunia sedang merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau Corpus Christi.
Di sebagian besar belahan dunia, khususnya di Amerika Latin dan Eropa Selatan, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan besar-besaran.
Pada hari raya Corpus Christi, medsos memviralkan berita kendaraan seperti becak yang meledak dan menewaskan pengemudinya. Itu kejadian di salah satu negara Amerika Latin, ketika orang sedang mempersiapkan perarakan Corpus Christi dan pesta kembang api.
Teman-teman saya dari Flores cerita, pada hari raya Tubuh dan Darah Kristus, paroki-paroki di NTT selalu mengadakan acara komuni pertama untuk anak-anak.
Di NTT, acara komuni pertama yang lebih dikenal dengan “sambut baru” itu, sudah menjadi acara tetap setiap paroki. “Untuk orang Flores, ‘sambut baru’ itu acara besar bagi keluarga. Pesta sambut baru sudah seperti pesta kawin saja,” kata teman-teman dari NTT itu.
Ibu Siska dipanggil Tuhan ketika Gereja sedang merayakan Corpus Christi. Ibu Siska dipanggil Tuhan pada hari yang sangat istimewa. Kepergiannya pada hari pesta Tubuh dan Darah Kristus itu menyiratkan makna yang dalam. Tuhan seolah tahu, seorang Siska Harinowo adalah pencinta Ekaristi.
Tuhan tahu Siska Harinowo rajin menyambut komuni suci. Tuhan tahu, Siska rajin memujiNya dengan koor dan latihan-latihannya.
Ibu Siska Harinowo pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini dipanggil Tuhan agar ia bisa merayakan perjamuan suci, misa kudus abadi di surga. Di masa pandemi ini, Tuhan seolah menjawab kerinduan Ibu Siska untuk bisa merayakan ekaristi sejati.
Tuhan tahu, sudah lama Ibu Siska tidak menerima Hosti Suci, lambang kehadiran cinta-Nya dalam Sakramen Maha Kudus. Kini kerinduannya itu terpenuhi sudah.
Lagu Panis Angelicus (Roti Para Malaikat) yang dinyanyikan Pak Harinowo di samping jenazah isterinya itu merupakan salah satu lagu klasik legendaris warisan tradisi agung Gereja Katolik.

Syair lagu itu ditulis sekitar tahun 1249 oleh Santo Thomas Aquinas, satu dari sedikit teolog dan filsuf terbesar yang pernah dimiliki Gereja.
Thomas Aquinas, biarawan Dominikan dari Lazio Roma, menulis teks Panis Angelicus itu sebagai rangkaian doa dan liturgi Hymne Sacris Solemniis (madah pujian suci meriah) untuk menyambut Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (Corpus Christi).
Pujian meriah itu disusun bersamaan dengan teks misa, bacaan yang sesuai dan ibadat harian (doa brevir) Hari Raya Corpus Christi.
Himne atau kidungnya sendiri disusun oleh Thomas Aquinas “sang pujangga agung Gereja” itu dalam dua bagian, yaitu: “Verbum supernum prodiens” dan “Pange ingua gloriosi”.
Dua bait pertama kidung “Verbum supernum prodiens” diawali dengan seruan “O salutaris hostia“. Dan dua bait pertama kidung “Pange lingua gloriosi” diawali dengan seruan “Tantum ergo“.
Sementara seruan “Panis angelicus” sebenarnya adalah seruan pertama dari Hymne Sacris Solemniis dari seluruh rangkaian kidung pujian meriah yang disusun Thomas Aquinas untuk merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Pada tahun 1872 César Franck mengaransemen teks Panis Angelicus, bagian awal Hymne Sacris Solemniis Thomas Aquinas itu dengan sentuhan suara tenor, harpa, cello dan organ. Gubahan lagu Panis Angelicus karya César Franck itu kemudian diperkenalkan pertama kali pada Messe à trois voix, tiga misa agung merayakan Corpus Christi.
Sebelumnya, pemusik Louis Lambilotte (1795-1855) sebenarnya sudah lebih dulu membuat musik untuk teks Panis Angelicusnya Thomas Aquinas itu dengan iringan biola. Namun aransemen César Franck inilah yang kemudian menjadi lebih populer dan mendunia.
Lagu Panis Angelicus yang dinyanyikan pak Harinowo di rumah duka Grand New Heaven untuk isteri tercinta biasanya dinyanyikan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan pada Pesta Kamis Putih sebagai rangkaian triduum Paskah.
PML (Pusat Musik Liturgi) Yogyakarta yang diampu Romo KE Prier SJ, sejak berdirinya sudah menghadirkan lagu indah itu untuk gereja Indonesia. Lagu 4/4 Panis Angelicus yang melegenda ini, entah mengapa, memiliki “pesona mistis” tersendiri kalau dinyanyikan dalam nada do=A.
Paus Yohannes Paulus II, termasuk salah satu pencinta berat lagu Panis Angelicus itu. Sehabis terpilih menjadi Paus, Santo Yohanes Paulus II merayakan misa dengan para imam dan para mahasiswa Universitas Angelicum San Tomasso d’Aquino, alma mater-nya. Pada misa itu, koor secara khusus menyanyikan lagu favorit Paus JP2: Panis Angelicus.
Romo Karol Wojtyla (nama Paus JP2) memang pernah kuliah di Universitas Angelicum, yang kampusnya ada di Largo Angelicum kawasan kota tua Roma. Ia menyelesaikan studi doktoral filsafatnya di Universitas Kepausan yang diasuh oleh para imam Dominikan, Ordo Santo Thomas Aquinas.
Almarhum Mgr. Yohanes Pujasumarta dan Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm juga alumni Universitas Angelicum.
Lagu Panis Angelicus menjadi populer tidak hanya di kalangan Gereja saja. Di jaman serba digital sekarang ini, orang mudah mendengarkan, menyaksikan, bahkan mengunduh lagu Panis Angelicus yang indah itu.
Grup musik tersohor seperti King’s College Choir, orkestra dan koornya Andre Rieu musikus Belanda sering menampilkan lagu itu.
Panis Angelicus juga menjadi lagu yang menyihir pendengarnya kalau dinyanyikan penyanyi tenor Italia Luciano Pavarotti dan Andrea Bocelli. Dan saya rasa, Mas Harinowo tidak kalah mempesona, ketika menyanyikan lagu itu untuk isteri tercinta. Itu karena di sana yang ada bukan hanya suara, namun ada hati dan cinta yang tertumpah. (Berlanjut)