“Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, ‘Mengapa kalian memikirkan hal-hal yang jahat dalam hatimu?’” (Mat 9,4)
BEBERAPA waktu yang lalu, seorang anggota DPR mengaku bahwa dirinya tidak mempunyai pikiran jahat terkait dengan pengakuannya menerima dana sebesar Rp 500 juta setelah pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. “Saya tidak punya pikiran jahat, saya pasti akan foto copi (traveler’s cheqe), kalau saya punya niat jahat”, katanya.
Disadari atau tidak, pikiran jahat sesungguhnya ada dalam diri semua orang, termasuk juga di dalam diri para ahli Taurat yang berhadapan dengan Yesus. Pikiran jahat bisa muncul dalam diri anak-anak, orang-orang muda, orang dewasa, laki-laki dan perempuan, kaum awam, religius dan juga imam. Nampaknya tidak ada seorang pun yang bisa bebas dari sebuah pikiran jahat. Berbagai macam pikiran jahat bisa muncul dalam diri banyak orang, seperti: mencuri, membunuh, mengutuk, mencelakakan, memukul dan berbagai macam pikiran jahat lainnya.
Yang berbeda adalah soal pelaksanaannya. Berbagai macam pikiran jahat tersebut akan menjadi tindakan kejahatan, kalau orang melakukannya dalam sebuah tindakan nyata. Seorang anggota DPR tersebut tidak mempunyai niat atau kehendak untuk melakukan tindakan jahat; bahkan dia menyatakan bahwa dalam dirinya tidak ada pikiran jahat berkaitan dengan dana yang diterimanya. Banyak orang bisa manahan diri, mampu berpikir jernih dan mampu membuat pertimbangan matang, sehingga berbagai pikiran jahat tidak menjadi sebuah tindakan kejahatan.
Namun demikian, banyak orang sering tidak mampu menahan diri dan mengendalikan emosinya, sehingga berbagai macam pikiran jahat itu terwujud dalam banyak tindakan kejahatan. Mereka tidak mampu mengontrol apa yang ada dalam pikirannya; mereka tidak mampu mengerem niat jahatnya. Ketidakmampuan untuk mengontrol diri atau mengerem niat jahat, tidak hanya terjadi dalam diri anak-anak yang belum matang dan dewasa, tetapi juga bisa terjadi dalam diri orang yang sudah cukup umur. Dari segi umur, banyak orang sudah memasuki kategori dewasa atau tua; namun banyak dari mereka yang tidak mampu membuat pertimbangan matang, tidak mampu mendengarkan suara hati, tidak mampu mengontrol diri, sehingga mereka tidak bisa memilih antara yang benar dan salah, baik dan jahat. Bahkan orang yang disebut ahli Taurat pun masih bisa mengalami hal ini.
Pikiran jahat apa saja yang pernah ada dalam diriku? Apa yang harus kulakukan agar pikiran jahat tersebut tidak menjadi sebuah tindak kejahatan? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)