Home BERITA Pikiran Sempit dan Terkotak-kotak

Pikiran Sempit dan Terkotak-kotak

0
Ilustrasi: Dwitunggal Soekarno-Hatta

Puncta 26 Februari 2025
Rabu Biasa VII
Markus 9: 38-40

SEANDAINYA para Founding Fathers atau Pendiri Bangsa dulu tidak punya wawasan kebangsaan yang luas, mungkin kita tidak memiliki sebuah bangsa yang namanya Indonesia.

Kita memiliki banyak suku, etnis, agama, budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Tetapi mampu disatukan oleh para Pendiri Bangsa menjadi Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa.

Bagaimana jadinya kalau kita masing-masing terlalu egois dengan etnis atau kesukuan kita. Bagaimana jadinya kalau kita tidak mau menghargai adat istiadat, budaya atau tradisi yang lainnya? Pastilah kita akan terpecah belah.

Untunglah para Pendiri Bangsa kita ini punya wawasan pikir dan cara hidup yang baik dengan menjunjung kebhinnekaan sehingga kita saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Dalam perikop Injil hari ini, para murid Yesus berpikir sempit dan terkotak-kotak. Mereka yang diwakili Yohanes berkata, “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”

Murid-murid itu menganggap diri paling baik dan benar dan mengklaim bahwa orang lain tidak boleh berbuat baik demi nama Yesus. Mereka melarang orang lain mengusir setan atas nama Yesus.

Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia. Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

Kita tidak boleh menutup kesempatan orang berbuat baik atas nama Tuhan. Kebaikan itu milik siapa pun yang percaya pada Tuhan. Allah menanamkan kebaikan kepada setiap orang.

Jangan mengembangkan kesombongan rohani bahwa yang paling benar dan baik adalah kita. Kebenaran dan kebaikan itu milik Tuhan, kita hanya dititipi saja. Jadi kita tidak bisa mengklaim diri yang paling baik dan benar.

Yesus membuka wawasan kita agar terbuka terhadap kebaikan orang lain. Di mana pun dan kepada siapa pun Allah menanamkan kebaikan.

Tiap hari makan porang,
Untuk menggantikan nasi.
Hargailah kebaikan orang,
Maka kita pun akan dihargai.

Wonogiri, jangan berpikiran sempit
Rm. A. Joko Purwanto Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version