Selasa, 14 September 2021
Bil.21:4-9. Mzm.78:1-2.34-35.36-37.38. Flp.2:6-11
Yoh.3:13-17
TIDAK ada derita tanpa arti. Sering kita alami di balik kekelaman derita yang telah kita jalani muncul cahaya yang menerangi langkah hidup kita selanjutnya.
Penderitaan dan kesulitan -bahkan kegagalan- adalah bagian hidup yang bisa menjadi sebuah jalan salib bagi kita.
Jika peristiwa-peristiwa itu kita pilih dengan sadar dan penuh kerelaan. Karena sejatinya salib adalah soal pilihan dan komitmen yang kita ambil dengan penuh kesadaran akan segala konsekuensi dan risikonya.
Melalui peristiwa salib dalam hidup ini, kita bercermin dan mawas diri. Hingga kita bisa menemukan jatidiri dan panggilan kita sesungguhnya.
“Saya memilih meninggalkan suamiku yang tidak lagi bisa menjadi pengayom bagiku dan anak-anakku,” kata seorang ibu.
“Saya mencintainya. Namun keselamatan jiwa dan ragaku serta anak-anakku lebih penting daripada rasa cintaku,” lanjutnya.
“Malam itu, aku tinggalkan suamiku dan segala kekayaan yang telah kami bangun bersama untuk pergi dengan anak-anakku,” katanya.
“Tidak ada bekal yang kami bawa, kecuali baju yang menempel di tubuh kami,” sambungnya.
“Tidak sedikit pun ada rasa takut yang tersirat dalam benakku. Yang saya pikirkan hanya bisa keluar dari rumah dengan selamat,” ujarnya.
“Suamiku mempunyai isteri baru. Namun dia tidak mau melepaskan aku dan anak-anakku,” katanya.
“Saya memberi pilihan. Mau pilih saya dengan anak-anak atau kami semua pergi dari rumah,” lanjutnya.
“Ia tak mau meninggalkan isteri simpanannya dan juga tidak mau melepaskan kami,” ujarnya.
“Ia mengancam akan membunuh kami. Atau membuat kami sengsara sampai mati, jika kami pergi meninggalkan dia,” katanya
“Sejak saat itu, ia melakukan kekerasan pada kami hingga kami berusaha kabur,” lanjutnya.
“Akhirnya kami bisa meninggalkan suamiku dan memulai hidup baru di kota lain,” ujarnya.
“Perjuangan untuk hidup mandiri tidak mudah. Namun Tuhan selalu memberikan rezeki pada kami. Melalui berbagai cara yang tidak saya sangka,” ujarnya.
“Semua indah pada waktunya. Inilah yang saya pegang dan saya yakini, hingga anak-anak bisa mentas dan hidup baik,” lanjutnya.
“Jika kita berjalan di jalan Tuhan, meski itu jalan salib, percayalah bahwa di ujung jalan salib itu ada kebangkitan, ada keselamatan,” begitu keyakinan ibu yang malang tapi akhirnya bahagia ini.
Dalam bacaaan Injil hari ini, kita dengar, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Semuanya akan indah pada waktunya. Karena Tuhan akan berjalan di depan kita dan menuntun kita sampai pada cahaya kebangkitan, cahaya keselamatan kekal.
Allah tidak akan membiarkan kita binasa.
Akhirnya, semua kembali kepada keberanian kita masing-masing untuk mengubah konteks masalah.
- Dosa menjadi penebusan.
- Musibah menjadi berkah.
- Kutukan menjadi berkat.
- Kebinasaan menjadi kisah keselamatan.
- Tanda kebodohan menjadi tanda keselamatan.
- Tanda kekalahan menjadi kemenangan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah saya melihat kebangkitan di balik jalan salib kehidupan yang saya jalani?