Renungan Harian
Rabu, 8 Desember 2021
Hari Raya S.P. Maria Dikandung Tanpa Noda
Bacaan I: Kej. 3: 9-15.20
Bacaan II: Ef. 1: 3-6. 11-12
Injil: Luk. 1: 26-30
“ROMO, kami amat sedih dan tertekan akhir-akhir ini sejak kasus anak saya menjadi konsumsi publik. Kami orang tua ikut terbawa-bawa,” seorang bapak berkeluh.
“Lho, memang apa yang terjadi dengan putera bapak?” tanya saya.
“Romo, anak saya sekarang ini sedang menghadapi kasus yang amat berat, anak saya terseret kasus korupsi. Dari tuduhan yang kami dengar, korupsi ini dalam jumlah yang cukup besar.
Romo, sesungguhnya kami ini tidak percaya bahwa anak kami melakukan hal itu.
Dia itu anak yang baik, sejak kecil tidak pernah menyusahkan kami. Dia anak yang pinter, banyak bakat sehingga sejak kecil selalu berprestasi sehingga selalu membanggakan kami. Dan lagi romo, dia anak yang jujur sejak kecil, jadi kami sungguh tidak percaya kalau dia itu korupsi.
Pada awal kerja di tempat itu, dia menunjukkan prestasi yang luar biasa, bahkan mendapat beasiswa dari kantornya sampai lulus S3.
Sejak dia lulus S3 jabatan juga semakin naik seiring dengan prestasinya. Jadi anak ini memang anak yang baik. Kalau dia sekarang terseret kasus korupsi menurut saya karena kesalahan pimpinan menempatkan anak saya . Artinya anak saya ditempatkan dibagian yang memaksa dia untuk melakukan korupsi,” bapak itu menjelaskan.
“Maaf bapak, apakah yang bapak maksud bahwa anak bapak sesungguhnya tidak melakukan korupsi? Sehingga apa yang terjadi ini adalah dugaan? Atau anak bapak dipaksa melakukan korupsi oleh sebuah sistem kerja?
Hal yang paling kelihatan adalah bahwa secara ekonomi anak bapak tidak berlebihan artinya hidup dari penghasilannya?” tanya saya.
“Wah Romo, kalau persisnya bagaimana saya tidak tahu. Tetapi saya yakin bahwa anak saya itu anak baik dan saya yakin hal ini terjadi karena dia salah ditempatkan oleh pimpinannya.
Soal kehidupan ekonomi anak saya memang luar biasa maju, dan menurut saya itu hasil kerja kerasnya,” bapak itu menjelaskan.
“Baik, bapak kita doakan saja semoga semua baik-baik dan bapak selalu diberi kekuatan untuk mendampingi,” ajakan saya.
“Saya tidak tahu persis tentang kasus putera bapak itu, saya juga tidak ingin mengadili siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saya berpikir sendiri, benarkah dalam kasus korupsi seperti itu kesalahan ada pada pimpinan yang menempatkan, atau ada pada sistem?
Atau semua itu hanyalah kambing hitam atas kesalahan yang ada?
Bukankah manusia mampu memilih?
Jangan-jangan karena kelemahan dan atau ketidak mampuan memilih sehingga harus mencari kambing hitam?”
Sebagaimana sabda Tuhan hari sejauh diwartakan dalam Kitab Kejadian, manusia mengkambing hitamkan perempuan dan Tuhan Allah yang menempatkanya disisinya.
“Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”