Bacaan 1: Kol 1:15 – 20
Injil: Luk 5:33 – 39
BERPUASA memiliki banyak makna, manfaat maupun tujuan.
Ada puasa yang harus dilakukan dalam hal medis, misal saat akan dioperasi tertentu dan lainnya.
Ada yang bertujuan untuk mengurangi berat badan, dengan pola makan dan puasa tertentu.
Namun, konotasi puasa lebih banyak dimaknai dalam keagamaan. Beberapa agama menerapkan ritual wajib puasa pada saat tertentu dengan pola makan yang berbeda.
Dalam agama Yahudi, puasa biasa dilakukan untuk pendamaian dengan Allah (Im 16:29. 31). Puasa juga dilakukan untuk situasi dukacita, pertobatan atau dalam doa permohonan, juga sebagai bentuk penantian kedatangan Mesias.
Dalam perdebatan masalah puasa, antara orang-orang Farisi dengan Tuhan Yesus sepertinya mereka kehilangan makna puasa.
Kebersamaan dengan Tuhan Yesus adalah gambaran hidup bersama Allah.
Hidup bersama Allah adalah sebuah sukacita dan bukan dukacita, maka tidak perlu berpuasa.
Pada saat para murid terpisah dengan Tuhan Yesus yang merupakan gambaran kehidupan terpisah dengan Tuhan maka perlu diratapi dengan puasa.
“…Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Demikian sabda-Nya.
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, Rasul Paulus mengajarkan bahwa Tuhan Yesus adalah gambaran Allah yang tidak bisa kita lihat. Ia ada lebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
Dia-lah kepala jemaat, Dia-lah jembatan perdamaian antara Allah dan manusia lewat kematian-Nya di kayu salib.
Pesan hari ini
Kehadiran Tuhan Yesus adalah sukacita karena kita telah didamaikan dengan Allah Bapa. Saat ini kita berpuasa untuk menantikan datangnya parousia (kedatangan Kristus kedua kali).
Tuhan Yesus adalah gambaran Allah yang tidak bisa kita lihat.
“Dirimu sungguh berharga karena tidak pernah ada orang yang sama seperti dirimu, baik di masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”
