Home BERITA Pulang

Pulang

0
Ilustrasi - Kehidupan malam. (Ist)

Renungan Harian

Kamis, 4 November 2021
PW. St. Carolus Borromeus, Uskup

Bacaan I: Rom. 14: 7-12
Injil: Luk. 15: 1-10

“SEMUA bentuk kejahatan rasanya sudah pernah kubuat. Hidupku benar-benar penuh dengan kejahatan.

Aku menjadi seperti ini, bukan karena lingkungan; bukan pula karena bentuk protes pada keluargaku.

Semua ini kulakukan karena aku ingin mengejar kesenanganku. Aku ingin menjadi orang bebas yang bisa melakukan apa pun yang kumau.

Semua bermula, ketika aku sudah mengenal kehidupan malam. Awalnya aku hanya nongkrong dengan teman-teman dan aku menikmati ngobrol bersama dengan teman-teman.

Kemudian kami suka minum-minum dan dengan itu membuat aku semakin senang, karena aku mengalami kegembiraan, bisa ngomong apa pun dan bisa tertawa lepas.

Dari situ aku mulai mengenal narkoba dan kehidupan seks bebas. Sungguh aku menikmati semua, karena aku mendapatkan kesenangan dengan semua itu.

Kehidupan yang menyenangkan seperti membuat aku pergi dari rumah. Aku pergi dari rumah, bukan diusir; bukan pula aku tidak diterima di rumah.

Melainkan karena aku tidak nyaman dengan rumah dan tidak dengan keluargaku. Aku berpikir dengan pergi dari rumah, itu membuat aku semakin bebas melakukan apa pun, tidak dibayangi perasaan tidak enak dengan orang rumah.

Aku pergi dari rumah dan bekerja di sebuah klub malam. Aku bekerja mendapat gaji dan aku mendapatkan semua kesenangan yang kuinginkan

Dalam kehidupan yang menyenangkan seperti itu, sering aku merasa gelisah saat aku mau tidur. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat aku gelisah namun kegelisahan itu membuat aku merasa sendiri dan kesepian.

Untuk menghilangkan semua kegelisahan itu aku sengaja minum obat-obatan yang bisa membuat aku tidur. Namun ternyata lama kelamaan kegelisahan itu semakin menghantui aku.

Saat aku bersenang-senang, aku sungguh-sungguh menikmati kesenangan itu, tetapi setelah itu aku selalu mengalami kegelisahan.

Aku rasanya seperti dilemparkan ke dalam kesepian yang mendalam. Aku punya banyak teman tetapi aku merasa sendiri, aku bersenang-senang tetapi aku merasakan sesuatu yang kosong.

Aku beberapa kali cerita ke teman-temanku dan mereka mengatakan itu biasa, mereka menyarankan agar aku minum obat penenang dan jangan banyak melamun dan berpikir.

Namun saat aku mendengar seperti itu justru membuat aku berpikir, mengapa teman-temanku juga mengalami kegelisahan seperti yang kualami.

Saat itu untuk pertama kali aku berpikir tentang salah benar. Aku bertanya apa yang salah dengan apa yang kujalani.

Sampai suatu saat aku dengar seorang perempuan malam yang mengatakan kepadaku bahwa dia mau pulang menengok orangtua dan anaknya.

Aku bertanya: “Mengapa mesti pulang bukankah soal uang bisa dikirim dan bukankah dirinya akan kehilangan kesenangan?”

Ia mengatakan bahwa saat pulang, dia menemukan kesenangan yang lebih dari seperti yang dia jalani seperti ini.

Saat pulang, ia menemukan sesuatu yang membuat dirinya tidak gelisah.

Jawaban dia membuat saya berpikir untuk pulang. Dan saat saya berpikir untuk pulang entah datang dari mana rasa itu, tiba-tiba aku merasakan kesedihan yang mendalam; aku menangis untuk pertama kalinya.

Muncul dalam benakku orangtuaku yang selalu berdoa, yang selalu ke gereja, yang mencintai aku.

Pada saat yang sama aku juga berpikir kalau aku pulang, aku tidak akan kembali ke tempat yang menyenangkan ini.

Akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, seandainya aku diusir pun aku rela. Tetapi sampai di rumah aku dipeluk oleh bapak dan ibuku. Aku tidak pernah ditanya apa yang kulakukan dan dari mana aku selama ini.

Mereka menerimaku seolah-olah aku tidak pernah berbuat jahat dan seolah-olah aku seorang pahlawan yang pulang. Saat itu aku merasakan apa yang kusebut sebagai kedamaian lawan kegelisahan dan kesepian.

Aku merasakan tidak sendiri lagi, aku merasakan ada orang yang selalu memelukku untuk mengusir kegelisahan dan kesepianku.

Aku heran dengan semua ini, apalagi aku melihat orang tuaku gembira melihatku di rumah. Aneh, tetapi itu yang kualami.

Semua itu membuatku berjanji untuk tidak kembali lagi ke tempat aku mendapatkan kesenangan selama ini karena di rumah aku menemukan yang lebih dari itu,” seorang teman berkisah tentang pertobatannya.

Kegembiraan keluarga mendapatkan anaknya yang pulang menjadikan tidak ada pengadilan, tidak ada penolakan dan yang ada hanya penerimaan.

Penerimaan itu membuahkan perubahan hidup.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas: “Aku berkata kepadamu, demikian juga akan ada sukacita pada malaikat Allah, karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Bagaimana dengan aku?

Adakah aku bagian orang membuat sukacita para malaikat Allah?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version