Matius 8:5-11
DALAM tradisi militer, senioritas-yunioritas itu sangat dijaga. Bawahan harus tunduk pada atasan. Seorang bawahan yang tidak menghormati atasannya bisa dihukum.
Ada atasan yang sampai gila hormat. Semua harus dilayani. Injil hari ini bercerita tentang seorang perwira.
Seorang perwira Romawi pastilah seorang yang sangat terhormat. Dia disegani oleh anak buahnya. Segala perintahnya adalah titah yang harus ditaati. Namun kisah dalam Injil hari ini berkisah lain.
Ia seorang perwira yang sangat peduli terhadap anak buahnya. Hambanya sedang menderita sakit. Perwira ini bukan tipe orang yang jaim. Ia mau terjun langsung dengan beban penderitaan hambanya. Ia tidak merasa pamornya luntur dengan membantu bawahannya.
Dengan statusnya sebagai pejabat tinggi, perwira ini merendahkan diri di hadapan Yesus. Biasanya pejabat tinggi merasa paling bisa mengatasi semuanya, kecuali istrinya sendiri. Ia datang memohon.
Tidak ada kamus minta tolong bagi pejabat. Yang ada adalah perintah. Dalam Injil hal itu jelas tergambar.
Perwira itu seperti “melapor” kepada Yesus, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh, dan ia sangat menderita.”
Ini adalah laporan, bukan minta tolong. Gengsi seorang pejabat tinggi meminta. Biasanya ia tinggal perintah. Yesuslah yang menawarkan diri, “Aku akan datang menyembuhkannya.”
Sikap Yesus itu mengubah mindset si perwira. Gengsinya yang tinggi runtuh oleh tawaran kerendahan hati Yesus. “ing atase” (susah menterjemahkan istilah ini-red) seorang guru terhormat, “keraya-raya” (siap direpotin) mau datang ke rumahnya.
Maka perwira itu sadar diri, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”
Merasa tidak pantas itulah yang muncul dalam diri sang perwira. Bagi Yesus inilah sikap iman kepada Allah. Semua orang di hadapanNya tidak ada yang pantas.
Sikap inilah yang dihargai oleh Yesus. kita semua adalah pendosa yang dikasihi Allah. Maka Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai pada seorang pun di Israel.”
Pada masa advent ini kita semua diajak merendahkan diri di hadapan Allah seperti perwira Romawi itu.
Hanya dengan merendahkan diri, Allah akan turun datang kepada kita. segala usaha manusia yang ingin “naik” menyamai Allah adalah sia-sia. Tetapi kalau kita mau merendahkan diri, Allah akan datang, hadir menolong kita.
Terompet tahun baru sebentar lagi
Mengguntur seperti deru Palapa
Kalau kita mau merendahkan diri
Tuhan datang menolong kita
Cawas, merdu tiupan angin terjepit