SAYA dulu punya seorang guru di SD yang sangat berwibawa. Namanya Pak Mulyadi. Beliau disegani karena kebapakan, dekat dengan anak-anak tapi tegas.
Gaya bicaranya menyejukkan. Kalau marah hanya diam tak banyak kata. Kami anak-anak sudah tahu dan segan. Kami langsung cepat-cepat mencari sesuatu yang tidak beres di kelas. Entah kursi yang tidak teratur atau sapu lidi yang berantakan, atau alat-alat tulis yang tidak ada di tempatnya semula.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini memperlihatkan kewibawaannya sebagai guru yang mengajar. Orang-orang takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
Di rumah ibadat itu ada orang yang kerasukan setan. Jangan dikira setan hanya ada di tempat-tempat tertentu. Di rumah ibadat yang kudus setan bisa krasan tinggal juga. Jangan mengira setan tidak mengenal Yesus. Setan sangat paham. Setan berkata, “aku tahu siapa Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah.”
Walaupun tinggal di tempat ibadat, mengenal akrab Yang Kudus dari Allah, kelihatan saleh dan solehah, suci dan suciah. Sekali setan tetap setan. Walaupun menyelinap memakai bulu domba, namun serigala tetap mencari mangsa domba-domba. Maka ada serigala berbulu domba.
Yesus tidak terkecoh oleh tipu daya setan. Ia menghardik dan menyuruh setan keluar. Setan tak berkutik. Dengan kuasaNya, Yesus menyembuhkan orang itu. Banyak orang takjub dan menjadi gempar. Belajar dari perikop ini, kita diajak melakukan discerment. Mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Kadang yang buruk (setan) bercampur baur bersama yang baik-baik seperti setan yang diam di rumah ibadat atau serigala berbulu domba.
Sikap tegas seperti Yesus membuat kita menjadi pribadi berwibawa. Beranikah kita menolak kejahatan dalam diri kita ? Kita harus berteriak pada diri kita sendiri, “setan, keluarlah dari diriku ini”.
Semoga kita bisa. Selamat merenungkan. Beli bayam disayur asem. Selamat malam berkah Dalem.
