DALAM Injil diceritakan seorang ibu dari Kanaan, yang anaknya sakit kerasukan setan dan sangat menderita, meminta tolong pada Yesus. Yesus tidak menggubrisnya. Bahkan murid-murid-Nya merasa terganggu karena ia teriak-teriak, “suruhlah wanita itu pergi”.
Yesus menyindir dengan perkataan halus “Aku diutus hanya kepada Domba-domba umat Israel yang hilang”. Namun wanita itu teguh tak bergeming, ia tetap memohon, “Tuhan tolonglah aku”.
Kalau tadi Yesus berkata halus tentang domba, sekarang Yesus mengumpamakannya dengan anjing. “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melenparkannya kepada Anjing”.
Ketegaran wanita itu diuji. Ia tidak mundur diumpamakan anjing, direndahkan, dihina. Ia berkata, “Benar Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Ia berharap mendapat remah-remah yang jatuh pun sudah cukup, demi anaknya yang sakit. Akhirnya Yesus mengetahui betapa besar iman wanita itu dan mengiyakan permohonannya. “Hai ibu, sungguh besar imanmu. Terjadilah bagimu seperti yang kaukehendaki.”
Anak polah, bapa biyung kepradah. Anak bertingkah, orangtua ikut terkena dampaknya.
Iman yang besar bahwa Yesus mampu menyembuhkan membuat wanita itu menerjang segala rintangan. Yang penting anakku sembuh. Kesulitan atau hambatan kadang dipakai Tuhan untuk menguji seberapa besar iman kita.
Jangan takut dengan kesulitan, dengan itu kita akan naik kelas ke dalam hidup yang lebih tinggi. Jangan pernah berhenti meminta pada Tuhan. Ayooo semangat lagi. Selamat merenung. Salam Obor Asian Games tetap berdoa bagi saudara-saudari di Lombok.