Home BERITA Puncta 09.11.23: Self Driving Mentality

Puncta 09.11.23: Self Driving Mentality

0
Ilustrasi: Dua suster biarawati SFIC Pontianak rela ngejogrok mengerjakan projek latihan berinovasi dengan bahan-bahan peraga untuk pengajaran. (SFIC)


Pesta Pemberkatan Basilika Lateran
Yohanes 2: 13-22

PROFESOR Rhenald Kasali, Guru Besar Universitas Indonesia menulis buku dengan judul Self Driving. Ia ingin mengubah mental bangsa ini agar berpikir merdeka, mandiri, dan terbuka.

Ini sejalan dengan gagasan Jokowi dengan revolusi mentalnya. Salah satu contoh yang disebut adalah Omnibus Law.

“Masa depan itu milik orang muda. Mental mereka harus dibimbing dari mental “passenger” atau mental penumpang menjadi “self driver,” katanya.

“Kemampuan mengelola diri sendiri itu penting agar kita tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju.”

Rhenald ingin mendobrak passenger mentality yang melekat dalam diri kita, menjadi driver mentality. Jangan hanya menjadi pendompleng yang ikut ke sana kemari. Jadilah driver yang mampu mengendalikan diri dengan tujuan jelas.

Kita ini sudah terlalu lama menjadi bangsa yang dijajah. Mental budak itu masih menghantui kita. Kita harus menjadi bangsa yang merdeka, mampu menentukan nasib sendiri. Itulah revolusi mental.

Di Bait Suci Yerusalem,Yesus melakukan tindakan kenabian. Bait Suci sudah berubah fungsi, tidak lagi menjadi pusat doa, tetapi pusat bisnis.

Yesus ingin membuat “change” mentalitas orang-orang di situ. Jangan ada orang-orang yang mendompleng demi kepentingan sendiri, untuk mencari keuntungan di Bait Suci.

Tidak seperti Rhenald Kasali yang membuat kuliah di kelas, Yesus langsung frontal mengusir pedagang lembu, kambing domba, merpati, para penukar uang.

Pasti calo-calo dan preman-preman serta “penumpang” yang diuntungkan adanya Bait Suci meradang, marah dan demo. Pundi-pundi pungli mereka hilang karena tindakan Yesus ini.

Bisa dimaklumi terjadi demo atas UU Omnibus Law karena jalur perizinan dipangkas, preman kehilangan lahan, pungli dan korupsi dibabat habis. Pasti ada pihak-pihak yang dirugikan.

Para pedagang, bisnisman dan birokrat Bait Suci menantang Yesus, “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”

Mereka tidak terima karena Yesus ingin memperbaharui mental mereka yang mulai bergeser tentang Bait Suci.

Mengubah mental memang sulit. Revolusi mental membutuhkan waktu. Tetapi harus dimulai. Kalau tidak, kita tidak akan pernah maju. Mari kita sejalan seirama dengan Yesus membangun mental baru demi Kerajaan Allah.

Maukah kita mengubah mental sebagai “pendompleng” menjadi penentu kebijakan sendiri demi kehidupan yang merdeka?

Pergi ke apotik untuk membeli obat,
Karena perut mulas dan mual-mual.
Kita harus mau berubah dan bertobat,
Jika ingin membangun revolusi mental.

Cawas, jangan terus bermental budak….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version