PELAJARAN berharga dapat kita petik dari proses beriman seorang buta bernama Bartimeus. Kendati buta tetapi rasa ingin tahunya besar.
Buta tidak membuat dia diam tak berusaha. Ternyata hati dan perasaannya tidak buta. Ia belajar mendengar, menangkap pesan orang-orang di sekitarnya tentang siapakah Yesus itu. Mata batinnya menyimpulkan Yesus Anak Daud adalah orang yang dijanjikan akan datang memberi keselamatan.
Maka ia ungkapkan keyakinan itu dalam seruan atau doa harapannya. “Yesus Anak Daud, kasihanilah aku”.
Iman selalu menghadapi tantangan. Orang-orang di sekitarnya menegur dia. Mereka menghalangi harapannya. Tetapi orang buta itu pantang menyerah. Semakin keras ia berseru. Akhirnya Yesus mendengarkan doa yang terus menerus tanpa henti. Bahkan Yesus memenuhi harapan si buta itu sehingga ia dapat melihat.
Proses beriman itu awalnya buta (gelap, tak tahu apa-apa, tak punya harapan) lalu melihat (terang, cerah, jelas, yakin, percaya).
Bagi kita murid Kristus, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
- Kita diajak menuju semakin percaya (melihat) seperti Bartimeus. Iman kita jangan mandeg, harus terus belajar, jangan merasa sudah sempurna.
- Sebagai murid Kristus kita dipanggil membawa orang buta bisa melihat. Kita bisa memberi pencerahan-pencerahan agar orang yang hidup dalam kegelapan bisa melihat terang, mampu memberi jalan keluar pada mereka.
Mari kita belajar berproses bersama. Menggantung baju di tali jemuran. Terlalu berat talinya patah. Jadilah orang yang bisa mencerahkan. Jangan justru nambah masalah. Berkah Dalem.