Home BERITA Puncta 26.02.19 Markus 9:30-37: Jalan Kecil

Puncta 26.02.19 Markus 9:30-37: Jalan Kecil

0
St. Theresia Lisieux by Ist

“YESUS, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan. Dan jika hendak Kautinggalkan di pojok kamar karena bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu, ah Yesus, tentu saki sekali. Namun, terjadilah kehendakMu.”

Inilah doa sederhana yang dibuat Theresia kecil di hadapan bayi Yesus di Gua Natal tahun 1886.

Suster Theresia Lisieux atau Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus digelari santa bukan karena melakukan hal-hal heroik yang luar biasa, tetapi karena melakukan hal-hal kecil dengan penuh cinta.

“Jalan Kecil” adalah prinsip hidup Theresia.

Cara seorang anak mengasihi bapanya. Anak yang sangat tergantung dan percaya di pangkuan bapa akan merasa aman damai. Dalam mencari kesucian diri, dia menyadari bahwa dia tidak perlu menyelesaikan tindakan kepahlawanan, atau “jasa besar”, untuk mencapai kesucian dan menyatakan cintanya pada Tuhan.

Dia menulis: “Cinta membuktikan dirinya dengan tindakan, jadi bagaimana saya menunjukkan cinta saya? Aku tidak bisa melakukan jasa besar. Cara yang dapat kulakukan untuk membuktikan cintaku adalah dengan menyebarkan bunga dan bunga ini adalah pengorbanan yang sangat kecil, setiap pandangan dan kata, dan hal yang kulakukan adalah aksi cinta yang terkecil.”

Theresia Lisieux menunjukkan kepada kita jalan mencapai kesucian adalah dengan melakukan hal-hal kecil disertai cinta yang besar. Menjadi seperti anak kecil yang polos, tulus, sederhana, tanpa dosa, jujur tanpa pamrih itulah cara untuk mengasihi Allah.

Yesus menasehati murid-muridNya yang berebut menjadi yang terbesar, paling berkuasa, yang terdahulu: “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya”.

Ia memanggil anak kecil dan memelukNya serta berkata: “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi namaKu, dia menerima Aku”.

Cita-cita anak-anak dunia adalah menjadi yang terhebat, nomor satu, teratas, paling berkuasa. Sebaliknya menjadi anak-anak Allah justru memilih yang terkecil, menjadi pelayan, merendahkan diri. Manusia ingin naik, menjadi besar. Allah sebaliknya ingin turun, menjadi manusia lemah. Marilah kita mulai melakukan hal-hal kecil yang berguna bagi sesama kita. Dari hal sederhana itu kita menuju kekudusan.

Belanja sayur dan buah-buahan di pasar
Pulangnya naik kereta kuda
Menjadi suci tidak harus melakukan yang besar
Setia dalam perkara kecil itulah jalan menuju surga

Berkah Dalem,

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version