Lukas 24:13-35
BANYAK orang mengharapkan wabah covid19 ini segera berakhir. Banyak yang chatting di WA bahwa mereka sudah rindu ikut Ekaristi.
Walaupun ada misa live steaming, namun rasanya tetap beda kalau bisa ikut langsung. Mereka rindu menerimaTubuh Kristus. Mereka rindu berkumpul sebagai komunio dalam gereja.
Beberapa orang merasa bahwa Ekaristi sudah menjadi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika tidak ikut Ekaristi ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
Ada seorang ibu yang sudah tua, ia biasa misa tiap pagi. Sudah satu bulan lebih dia tidak bisa ikut Ekaristi. Tiba-tiba ia menyelinap di antara kursi-kursi kosong.
Ia hanya menangis melihat romo memimpin misa sendirian. Ia sangat rindu menyambut Tuhan. Ekaristi adalah sumber hidup dan kekuatannya.
Saya percaya, setelah pandemi ini selesai, umat akan semakin banyak pergi ke gereja untuk mengikuti Ekaristi. Pandemi ini menyadarkan kita bahwa tanpa Tuhan kita tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam bacaan Injil hari ini, dua orang murid yang pulang ke Emaus itu bisa berjumpa dengan Yesus ketika Ia memecah-mecahkan roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka. Itulah Ekaristi.
Dalam Ekaristi, mereka berjumpa dengan Tuhan. Dalam Ekaristi, kerinduan mereka yang berkobar-kobar disempurnakan oleh Tuhan. Mereka mengalami kesatuan mesra dengan Tuhan.
Situasi sekarang ini pun mirip dengan pengalaman para murid. Kita seperti murid-murid itu mengalami kegelapan, keputusasaan, beban yang berat dalam peziarahan hidup.
Dengan adanya pandemi ini, kita seolah tak bisa menemukan Tuhan. Rasanya Tuhan begitu jauh karena kita harus berjalan sendirian menghadapi kesedihan, penderitaan, kematian. Kita putus asa dan bimbang dengan serangan covid ini.
Di balik semua itu, tangan-tangan Tuhan bekerja dengan senyap. Ada banyak orang tergerak bergotong royong, saling menolong, mengulurkan tangan untuk meringankan beban. Tuhan menggerakkan orang, mulai anak-anak kecil dan orang dewasa, mereka yang miskin dan kaya.
Semua bergandengan tangan untuk menolong. Tuhan bekerja melalui para dokter, tenaga medis, relawan dan aparat pemerintahan. Semua digerakkan karena kemanusiaan kita ini sama di hadapan Tuhan.
Tahun ini seperti Tahun Sabat. Semua berhenti dan beristirahat. Manusia dan alam semesta diberi waktu menjalani hari Tuhan. Kita diajak mengalami kerinduan akan Tuhan.
Suatu saat nanti kita akan berjumpa Tuhan dalam Ekaristi, sumber dan kekuatan hidup kita. Perjumpaan dengan Tuhan lewat Ekaristi seperti yang dialami murid-murid Emaus itu jadi sumber kekuatan hidup kita.
Buah semangka dibuka merah merona.
Nikmat disantap menghilangkan rasa haus.
Aku rindu akan Tuhan dalam sakramen mulia.
Rindu menyambut-Mu dalam Ekaristi yang kudus.
Cawas, tak kuasa menahan rindu…