SEJAK gonjang-ganjing Pilkada DKI yang lalu, berita hoax seolah membanjiri dunia pergaulan kita tanpa dapat dibendung. Ujaran kebencian, fitnah, cemooh, hinaan seolah menjadi menu utama pengguna medsos.
Akibatnya berita palsu itu membuat hidup orang dipenuhi segala kekawatiran, gelisah, curiga dan penuh syak prasangka. Berita serba “katanya-katanya” tanpa filter membuat kita bisa salah paham dan salah menilai. Lalu akibatnya kita bisa salah bertindak.
Situasi kecemasan itu dialami oleh Herodes, raja wilayah Galilea yang mendengar berita-berita tentang sepak terjang Yesus. Ada orang mengatakan Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Yang lain mengatakan Elia telah muncul kembali. Ada pula yang mengakatan seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit. Dia dibingungkan oleh berita “kata orang”.
Berita simpang siur itu membuat dia cemas dan gelisah. Untungnya bahwa berita itu tentang hal-hal besar yang dilakukan oleh Yesus. Yang menakutkan dia mungkin karena dia telah memenggal kepala Yohanes. Siapa tahu arwah Yohanes meminta balas.
Yang positif adalah bahwa dia berusaha supaya dapat bertemu langsung dengan Yesus. Walaupun motifnya hanya ingin tahu atau mau membuktikan apakah benar Dia ini seperti yang diberitakan orang-orang.
Namun sikap ini patut kita contoh agar kita tidak menerima mentah-mentah berita hoax yang kita terima. Kita harus mencari sumber utama dari berita-berita yang kita dapat. Kita wajib bertemu langsung atau mendapatkan sumber berita yang bisa dipercaya.
Kalau hanya “katanya-katanya” jangan langsung percaya. Kalau kita langsung menyebar “gosip katanya”, kita ikut memfitnah orang yang tak bisa membela diri. Ibaratnya menyobek bantal yang berisi kapuk randu dari atap rumah.
Kapuk itu tertiup angin menyebar kesana kemari dan kita tak mampu mengumpulkannya kembali. Sikap Herodes yang ingin bertemu langsung dengan Yesus memberi contoh bahwa kita dalam menghadapi gosip harus bisa menemukan sumber berita utamanya. Jangan mudah menyebarkan gosip tak bertanggungjawab. Ibu Maimunah membeli trasi. Jangan menyebar fitnah. Itu dosa paling keji. Berkah Dalem.