MASYARAKAT kita tidak biasa menanam anggur seperti di Israel. Yesus berbicara tentang pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya.
Kita terbiasa bercocok tanam padi di sawah atau di ladang. Padi yang baik adalah yang berisi, bernas. Semakin padi bernas, semakin merunduk, merendahkan diri. Padi yang tegak menjulang pasti tidak berisi alias kosong.
Begitu pun kita manusia, semakin orang bijaksana semakin ia merendahkan dirinya. Pribadi yang sudah matang justru tidak pongah menyombongkan diri. Ia merunduk laksana padi yang bernas.
Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya”. Kalau kita menyatu dengan Sang Pokok Anggur, kita akan bernas, berbuah banyak.
Diperlukan sikap kerendahan hati (merunduk) supaya kita berbuah banyak. Karena yang membuat kita berbuah itu Yesus bukan kita pribadi. Semangat merunduk, rendah hati nampak dalam diri Barnabas (Bacaan I).
Barnabas menerima Saulus yang baru saja bertobat. Saulus berusaha menggabungkan diri, tetapi mereka tidak percaya. Barnabaslah orang pertama yang mau menerima Saulus. Barnabas adalah ketua umat yang baik, guru yang mendampingi Saulus dengan sabar sehingga Saulus bisa diterima oleh saudara-saudara yang lain.
Barnabas adalah pribadi yang mengasihi tidak hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran (Bacaan II).
Jika kita bisa mengasihi dengan kata dan perbuatan, maka kita laksana padi yang bernas atau anggur yang berbuah banyak karena kita tinggal di dalam Yesus. Janganlah kita melepaskan diri dari pokok anggur sejati yakni Yesus Tuhan kita.
Selamat merenungkan. Tuhan memberkati.