SUATU kali saya diajak oleh Alm. Mgr. Yohanes Pujasumarta menghadiri seminar tentang daun kelor di Semarang. Dijelaskan tentang kegunaan daun kelor (Moringa Oleifera), berdasarkan hasil penelitian antara lain bisa mengurangi stres, menurunkan gula darah, mengurangi peradangan, bisa menurunkan kolesterol, kaya antioksidan untuk melawan radikal bebas dalam tubuh yang menyebabkan penyakit kronis salah satunya diabetes, anti kanker, anti diabetes, mengobati rasa nyeri sendi, menjaga sistem pencernaan, dan menyehatkan mata.
Tertarik untuk mengembangkannya, saya mencoba menanam di Tayap, Kabupaten Ketapang di Kalbar, tempat tugas saya waktu itu. Tetapi tidak berhasil, karena tanah di situ tingkat keasamannya tinggi sekali.
Pak Anang, tokoh umat di Pangkalan Suka juga membenarkan. Ia mengatakan tidak semua tanaman bisa hidup di situ. Ia pernah mencoba menanam pohon pisang nipah berkali-kali di kebunnya namun tak pernah berhasil. Tidak semua tanah menghasilkan panen yang berlimpah.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang benih yang ditaburkan. Ada yang jatuh di pinggir jalan lalu dimakan burung. Ada yang jatuh di tanah berbatu, dia hidup tapi cepat layu. Ada yang di tengah semak berduri dan benih itu tidak berkembang. Ada juga benih yang jatuh di tanah yang baik, tumbuh dengan subur dan berbuah. Ada yang tigapuluh kali lipat, enampuluh kali lipat dan bahkan seratus kali lipat.
Setiap kondisi dimana benih itu ditabur ikut mempengaruhi pertumbuhannya. Lingkungan dimana benih itu ditabur berpengaruh besar bagi perkembangannya. Anak yang hidup di dalam cinta keluarga yang baik akan tumbuh dengan sehat. Jika anak tumbuh dalam kekerasan, kebencian dan penindasan, ia akan mudah balas dendam. Jika anak tumbuh dalam toleransi, ia akan belajar menghargai dan senang berbagi.
Kita semua bisa mengidentifikasi diri. Tanah macam apakah diri kita ini, keluarga atau lingkungan hidup kita.
Ada sebuah desa yang penduduknya sebagian besar pernah erlibat menjadi kriminal. Maka anak-anak di situ sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Banyak orang Wonosari, Wonogiri, Pacitan menjadi perantau sukses dan pekerja keras, karena daerah mereka tidak subur. Dengan hasil kerja kerasnya mereka membangun daerah sehingga sekarang makmur.
Apakah diri kita ini tanah yang baik? Apakah keluarga kita adalah humus tempat yang subur untuk tumbuhnya benih yang menghasilkan berlipat ganda? Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.
Ke Merapi jalannya naik. Membawa bekal tempe dan jadah.
Kalau kita jadi tanah yang baik. Yang kita tanam akan berbuah limpah.
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr