Puncta 23.05.21
HR. Pentakosta
Yohanes 15:26-27; 16:12-15
KETIKA melayani umat di pedalaman Kalimantan, saya kagum sekaligus terheran-heran. Ada begitu banyak bahasa dengan logat daerah yang berbeda-beda.
Ada banyak sekali logat bahasa Dayak.
Masing-masing daerah punya logat dan dialeknya.
Ada Dayak Jelai, Dayak Pesaguhan, Dayak Kayong, Dayak Gerunggang, Dayak Simpank, Dayak Kualant, dan seterusnya.
Itu baru di satu kabupaten.
Belum di seluruh Kalimantan yang luasnya empat kali Pulau Jawa.
Belum lagi di pulau-pulau lain seperti Sumatera, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara.
Indonesia sungguh sangat kaya budayanya.
Maka dengan adanya Bahasa Indonesia, semua orang bisa mengerti dan memahami satu dengan yang lain.
Dengan Bahasa Indonesia, saya orang Jawa bisa berhubungan dengan siapa pun warga dari aneka adat budaya.
Begitu pun Orang Bugis bisa memahami orang Flores. Orang Papua bisa mengerti orang Aceh. Orang Minang bisa kenal orang Toraja. Orang Bali bisa berelasi dengan orang Sunda.
Bahasa Indonesia bisa menyatukan kita sebagai satu saudara.
Pentakosta adalah peristiwa turunnya Roh Kudus yang menyatukan banyak orang dari aneka daerah atau wilayah.
Rasul-rasul itu karena tuntunan Roh Kudus bisa berbicara dengan bahasa mereka yang berasal dari aneka daerah.
Ada orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah Libya, juga pendatang dari Roma, orang Kreta, bahkan juga orang Arab.
Roh Kudus membuat orang-orang itu mengerti pesan yang disampaikan para rasul. Bahasa Roh adalah bahasa yang menyatukan.
Semua orang bisa mengerti tentang perbuatan-perbuatan besar Allah bagi manusia.
Menurut Paulus buah-buah Roh itu nyata seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri.
Jika kita diberi karunia Roh, apakah buah-buah itu nyata ada dalam hidup kita?
Apakah sikap dan tindakan kita sungguh didasari oleh kasih, kesabaran, kelembutan dan buah Roh lainnya?
Gunung Merapi kadang-kadang meletus.
Keluarkan awan panas pasir dan batu.
Datanglah ya Roh yang mahakudus.
Sucikanlah hatiku dan kuduskanlah jiwaku.
Cawas, semangat Pentakosta