SEBARAN hoaks kian hari, kian banyak dan juga massif. Demikian kesimpulan Anita Wahid, puteri kandung almarhum Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.
Pernyataan Anita Wahid itu mengemuka forum bina kebangsaan Kopdar “Yuk, Bersatu Bangun Indonesia” besutan Komunitas Universal dan Komunitas GusDurian yang juga didukung Bina Swadaya di Griya GusDur di Jl. Taman Amir Hamzah, Pegangsaan, Jakarta Pusat, Jumat (19/6/19) lalu.
Anita Wahid membandingkan kondisi sebaran hoaks pada kurun waktu Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.
Pada kontestasi politik di tahun 2014, sebaran hoaks itu terjadi secara off line melalui produksi tabloid, namun juga terjadi secara daring melalui SMS dan BBM.
Nah, pada kontestasi politik di tahun 2019, sebaran hoaks itu makin massif dan liar karena muncul teknologi “amplifier” bernama Android di mana melalui layanan WA di HP Android, sebaran berita palsu dan “rekaan” itu bisa diretas dan disebarkan secara mudah, bebas, gratis, dan tak terbatas.
Ini paparan perbandingan sebaran hoaks di medsos yang dipantau oleh Anita Wahid.
- Tahun 2015 hanya ada 10 sebaran hoaks dalam sebulannya.
- Tahun 2016 naik menjadi 27.
- Tahun 2017 meroket tajam menjadi sebanyak 584 sebaran hoaks dalam sebulannya.
- Tahun 2018 menjadi 83 sebaran hoaks per harinya.
- Tahun 2019 meroket menjadi 100-an hoaks per harinya.
Dari paparan perbandingan angka sebaran hoaks di panggung medsos itu, demikian Anita Wahid, maka pihaknya lalu bekerjasama dengan berbagai kalangan untuk bergerak bersama menangkal hoaks.
![](http://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2019/07/Anita-Wahid-3-1024x681.jpg)
Mafindo eksis sejak 2015
Menyaksikan dan memonitor dampak massif sebaran hoaks tersebut, Anita Wahid lalu membesut gerakan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia yang disingkat Mafindo.
Mafindo, kata Anita Wahid, hadir di FB, Twitter, dan platform medsos lainnya. “Kami merilis nomor khusus untuk Android yakni 0855-7467-6701 di mana masyarakat bisa melaporkan narasi berkonten ‘mencurigakan’ agar mendapatkan kepastian dan pencerahan apakah konten itu benar-benar hoaks apa tidak,” kata Anita.
Bersama para relawan Mafindo, pihaknya setiap hari memantau konten-konten narasi negatif dan kemudian memverifikasinya apakah konten negatif yang narasi dan tampilannya muncul di panggung medsos itu masuk kategori hoaks apa tidak.
Hilangnya kemanusiaan kita
Massifnya sebaran hoaks itu, demikian kata Anita Wahid, akan semakin “memiskinkan” martabat kita sebagai manusia yang berakal budi dan punya rasa humor.
Anita lalu memberi contoh bagaimana konten sebuah meme atau satire itu pada dasarnya hanyalah merupakan paparan sindiran untuk lucu-lucuan atau kritik pedas atas kenyataan yang “seharusnya tidak demikian”.
Namun, hilangnya akal budi dan rasa humor itu telah menyebabkan konten yang sejatinya berisi guyonan atau sindiran demi lucu-lucuan itu menjadi telah kehilangan makna kontekstualnya, ketika pikiran manusia sudah diracuni oleh perasaan curiga dan kebencian pada sesama yang “bukan kita”.
Pada titik itulah, kata Anita Wahid, hoaks telah diam-diam merebut kemanusiaan dari kedirian kita sebagai manusia berbudi luhur, berakal budi, dan punya rasa humor yang sehat dan cerdas. (Berlanjut).