Puncta 23 Agustus 2024
Jumat Biasa XX
Matius 22:34-40
NAMA lengkapnya adalah Putu Agus Setiawan dan Kadek Windari. Mereka berdua mengalami kelumpuhan sejak kecil. Namun berkat perjuangan ibu yang tak kenal lelah, mereka berdua dapat mengembangkan bakatnya.
Putu berbakat dalam menulis buku. Sudah ada beberapa judul buku dihasilkan. Winda punya bakat seni lukis. Karya lukisannya sering memenangkan perlombaan dan diburu orang sebagai koleksi.
Bagi Putu, Ni Komang Warsiki adalah sosok ibu yang hebat sekaligus gurunya. “Ibu bekerja full untuk menghidupi kami semua, apalagi saat ayah meninggal. Ibu adalah kekuatan kami.”
Winda juga mengaku belajar dari kebesaran hati sang ibu. Ia ingin berbagi kebahagiaan dengan sesama lewat karya-karyanya.
“Apalah gunanya tubuh ini jika tidak digunakan untuk membantu sesama. Itu sama saja seperti mayat, kan? Tapi jika tubuh yang lemah ini digunakan untuk membantu sesama, itu bisa sangat-sangat bermanfaat bagi banyak orang,” tuturnya di acara Kick Andy.
Dari hasil lukisnya, Winda menyisihkan sebagian untuk membantu sesama penyandang disabilitas. “Saya pernah mengalami kekurangan, kelaparan, maka saya sisihkan sebagian untuk membantu mereka. Ini adalah bagian dari ibadah.”
Ketika Yesus ditanya hukum mana yang terutama dalam Hukum Taurat, Dia menjawab, “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Dari kedua putera-puteri Ni Komang Warsiki yang sederhana, kita menemukan isi jawaban dari kata-kata Yesus itu. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama itu satu kesatuan tak terpisahkan. Mengasihi Allah terwujud dalam kasih pada sesama.
Cukup seperti yang dilakukan Winda, dia berbagi dengan menolong sesama yang menderita. Kendati dia sendiri mengalami kekurangan dan kelemahan, tetapi tidak menghalanginya untuk berbuat baik bagi orang lain.
Marilah kita mewujudkan cinta kepada Allah dengan mengasihi sesama secara nyata. Orang disebut kaya bukan karena hartanya berlimpah. Orang kaya adalah orang yang dengan rela dan tulus mau berbagi pada sesamanya yang menderita.
Orang kaya tetapi kalau tidak mau berbagi, dia masih disebut miskin karena ia tidak mampu memberi dan berbagi.
Berjalan-jalan di rumput yang basah,
Kaki terasa kaku dan dingin sekali.
Apalah artinya mengasihi Allah,
Kalau kepada sesama suka membenci?
Wonogiri, kasihilah sesamamu….
Rm. A. Joko Purwanto Pr