Home LUMBUNG GAGASAN Quo Vadis Sekolah Katolik? (1)

Quo Vadis Sekolah Katolik? (1)

0

KEBERADAAN sekolah- sekolah Katolik di Tanahair merupakan salah satu tanggung jawab sosial yang diemban Gereja dalam rangka mewujudkan amanat Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekaligus mewujudkan tanggung jawab pengabdian kristiani kepada sesama.  Tidak diragukan lagi sekolah-sekolah katolik sejak lama telah menjadi sekolah-sekolah yang difavoritkan masyarakat sebagai tempat pendidikan yang baik.

Sebut saja salah satu sekolah di Palembang: SMP Xaverius 1.

Sekitar tahun 2000-an sekolah kami menjadi sekolah anak Gubernur Sumatera Selatan saat itu. Sungguh merupakan suatu kepercayaan besar bagi sekolah kami untuk  menjadi tempat belajar seorang anak gubernur.

Sekolah lain di Palembang –SMA Xaverius 1– pun mampu mencetak lulusan–lulusan yang berkualitas yang mampu memberikan sumbangsih terbaiknya baik bagi internal kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, maupun lebih luas lagi dalam lingkup nasional.  Beberapa nama yang tidak asing lagi yang pernah menempuh pendidikan di sana adalah Marzuki Ali (Ketua DPR RI, FPD), Edy Santana Putra (Walikota Palembang), Toni Wasista (Ketua DPRD Provinsi Sumatera Selatan), Prof. Badia Parizade (Rektor Universitas Sriwijaya), dan lain sebagainya.

Gubernur Sumatera Selatan saat ini Alex Noerdin pun pernah mengenyam pendidikan di Unika Atma Jaya Jakarta.

Kedisiplinan

Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah katolik tentunya tidak datang secara tiba-tiba. Sekolah katolik sejak zaman dahulu telah dikenal akan kualitas pendidikannya yang sangat baik serta pembentukan karakternya yang berkualitas.  Sebut saja karakter kedisiplinan, sekolah katolik dikenal akan kedisiplinannya, seorang murid sudah tidak diperkenankan masuk kelas apabila ia tidak tepat waktu masuk ke sekolah. Sekolah katolik juga dikenal dengan gaya pendidikannya yang cukup militan serta sarat dengan nilai-nilai kristiani kontekstual.

Menjamurnya sekolah-sekolah yang berkualitas baik yang berbasis agama maupun negeri turut berdampak pada masa depan sekolah-sekolah katolik ke depannya. Di Palembang sendiri saja sekolah-sekolah unggulan sudah bermunculan baik yang negeri, swasta dengan standar internasional, maupun sekolah modern berbasis keagamaan.

Fenomena yang sama juga saya yakini terjadi di banyak kota–kota besar lainnya. Apabila sekolah–sekolah katolik tidak segera menyikapi gejala ini bisa diprediksikan bahwa lambat laun sekolah-sekolah akan mengalami penurunan jumlah murid. Padahal seperti kita ketahui, pendidikan memegang fungsi penting dalam pengembangan kognitif dan karakter karena dengan pendidikan terciptalah orang-orang berkualitas yang dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Penurunan ini juga secara tidak langsung akan berdampak pada menurunnya tokoh-tokoh alumni sekolah katolik yang akan berperan bagi perkembangan bangsa ini baik dalam lingkup lokal kota, provinsi, maupun nasional, yang sebetulnya menampilkan gambaran output pendidikan sekolah katolik yang layak dibanggakan sumbangsihnya bagi masyarakat. (Bersambung)

Artikel terkait: Sekolah Katolik dan Kecemasan Saya (2)

Tautan: http://albhum2005.com/?p=691

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version