Home BERITA Rabu, 10 Maret 2021: Menciptakan Suasana Penuh Kepercayaan

Rabu, 10 Maret 2021: Menciptakan Suasana Penuh Kepercayaan

0
Ilustrasi: Sekuat Apa pun Sebuah Hubungan akan Berakhir, Jika tidak Ada Kepercayaan di Dalamnya (Sr Ludovika OSA)

Bacaan I: Ul. 4:1,5-9
Injil: Mat 5:17-19

“SAYA sungguh bersyukur pada Tuhan, empat anakku menikah secara Katolik,” kata bapak waktu istirahat dari kerja bakti di gereja.

“Puji Tuhan, selamat ya Pak,” kataku.

“Sebagai orangtua, betapa bahagianya bisa mengantar anak sampai di depan altar untuk peneguhan pernikahan mereka,” kata bapak itu.

“Semua menikah dengan orang yang dibaptis secara Katolik?,” tanyaku.

“Tidak semua. Namun kemudian, masing-masing mau belajar iman Katolik dan baptis,” katanya.

“Bagus sekali,” kataku.

“Sejak kecil, saya membiasakan anak-anak terbuka dan selalu terlibat dalam kegiatan menggereja,” katanya.

“Ketika masa remaja sampai menginjak dewasa saya selalu ingatkan boleh berteman dan berpacaran dengan siapa saja. Tetapi untuk pernikahan harus menikah di Gereja Katolik,” kataku pada anak-anak.

“Maka rumah selalu ramai. Anak-anak tidak takut berteman dan membawa teman-temannya ke rumah,” kata bapak itu.

“Saya bisa berdiskusi soal apa saja. Bahkan soal ajaran agama dengan mereka, karena temannya anak-anak seakan jadi temanku juga,” kata bapak itu.

“Asyik juga kalau begitu suasananya,” kataku.

“Iya, ketika kita memberi kepercayaan. Semuanya jadi lebih mudah dan tidak perlu banyak kekuatiran,” katanya.

Hari ini kita dengar dalam bacaan Injil, “Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

Menghayati ajaran iman itu perlu adanya proses pembatinan.

Pembatinan hanya akan bisa terlaksana jika melalui dialog yang mendalam dan penuh kepercayaan. Dialog dengan sesama maupun dengan diri sendiri.

Ajaran iman menjadi milik diri yang tidak mudah tergoyahkan, jika kita merasakan bahwa ajaran iman itu bukan dipaksakan dari orang lain. Namun menjadi kebutuhan dan identitas diri kita.

Maka memilih hidup sesuai dengan iman, melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan mengajarkan pada orang lain menjadi sebuah dorongan dari dalam hati.

Apakah aku tidak hanya pandai bicara soal iman tetapi juga mampu melakukan ajaran iman yang saya percayai?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version