Home BERITA Rahmat Allah Bekerja dalam Diri Umat Beriman

Rahmat Allah Bekerja dalam Diri Umat Beriman

0
Rencana Tuhan atas hidupku. (Ist)

Sabtu, 01 Mei 2021

Bacaan I: Kis 13:44-52
Injil: Yoh 14:7-14

KEPAHITAN sering kali terjadi dalam diri orangtua yang harapannya tidak terkabul dalam diri anak-anak mereka.

Beberapa aktivis di salah satu paroki yang pernah saya layani sungguh kecewa, karena anak-anaknya tidak bisa meneruskan pengabdian mereka di Gereja.

Bahkan ada yang karena pernikahan meninggalkan agama Katolik dan ikut dengan kepercayaan pasangannya.

Kenyataan seperti itu dirasakan begitu berat dan memalukan, karena sebagai penjaga iman Gereja malah anaknya sendiri lari meninggalkan kandang yang dijaganya.

“Saya penginnya mundur dan tidak lagi aktif di Gereja. Rasanya tidak tahu lagi di mana akan saya letakkan mukaku ini,” kata seorang aktivis Gereja yang anaknya menikah di luar gereja.

“Semua orang tahu, betapa sedihnya bapak, karena perjuangan bapak selama ini untuk Gereja. Juga bagaimana bapak berusaha membimbing dan mendampingi anak bapak, namun anak bapak memilih jalan sendiri,” sahut aktivis yang lain.

“Saya tidak tahu lagi harus berkata apa. Saya hanya bisa berserah pada Tuhan,” kata bapak itu.

“Semua orang punya hak asazi untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya, semoga anak bapak yang dididik, didoakan, diberkati dalam nama Tuhan Yesus sejak kecil, akan selalu ingat akan Tuhan Yesus,” kata teman lainnya.

“Iya,” sahut bapak itu.

“Karena prinsip itu pula, saya tetap mendukung bapak aktif menggereja. jangan menjadi kendur karena rasa malu tetapi justru harus lebih bersemangat,” kata teman lainnya.

“Semoga kegagalan saya dalam membimbing anak saya, tidak menjadi batu sandungan bagi umat yang lain,” kata bapak itu.

“Saya kira kita semua, justru akan belajar dari bapak yang tetap berjuang mencintai Tuhan meski banyak tantangan,” kata temannya.

Mencintai Tuhan Yesus terasa sangat berat manakala kita dihadapkan pada problematik yang menyangkut kredibilitas diri kita atau lingkaran orang terdekat kita.

Untuk sebagian orang, apa yang terjadi pada keluarga bapak itu, khususnya anak yang meninggalkan gereja akan menjadi bahan gosip dan akan membuat orang lain memandang dengan sebelah mata apa yang diperbuat dan dikatakannya.

Mungkin ada yang omong, “Mengurus keluarganya sendiri saja gagal apalagi mengurus umat di Gereja.”

Namun pasti juga ada umat yang menaruh hormat pada bapak itu, karena meski berat dan sedih bapak itu tetap aktif, berkomitmen, dan melayani dengan tulus.

Sikap semacam itu akan membuat orang semakin percaya akan rahmat Tuhan yang senantiasa bekerja dalam diri orang beriman; bahkan pada umat yang rapuh dan tak berdaya.

Apakah kita tetap mau berjuang, ketika masalah hidup beriman menimpa salah satu keluarga kita?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version