[media-credit name=”berbagai sumber” align=”aligncenter” width=”404″]
Hirtenbarometer (http://hirtenbarometer.de) atau “barometer gembala” adalah platform online pertama di mana imam dapat dinilai dalam kinerja mereka atas layanan gerejawi yang mereka lakukan, proyek-proyek bagi kaum muda dan orang jompo, serta kredibilitas mereka sekaligus sejauh mana para imam up to date pada kebutuhan umat.
“Karya pastoral harus kualitatif,” kata Andreas Hahn, salah satu penggagas website ini.
Dia menambahkan bahwa lewat website ini mereka berharap “untuk merangsang dialog untuk meningkatkan karya pastoral”.
Juga, “banyak paroki bekerja dengan baik tetapi kinerja mereka kurang tersosialisasikan ke publik secara luas,” kata Hahn mengenai tujuan diluncurkannya website ini.
Dia berharap situs juga bisa berkontribusi untuk memberikan sistem peringatan dini, sehingga potensi masalah mungkin dapat diatasi sebelum masalah itu menjadi besar.
Sejak diluncurkan pada bulan April lalu, situs tersebut telah diterima dengan baik oleh pengguna Internet.
“Kami kewalahan oleh kesuksesan kami sendiri,” kata Hahn.
Setidaknya 25.000 paroki dan sekitar 8.000 imam terdaftar sejauh ini, dan sepertinya jumlah itu akan terus bertambah mengingat jangkauan situs yang semakin luas.
Namun, sementara situs itu telah terbukti mendapatkan sambutan hangat dari warga virtual, Gereja Katolik Roma, yang akhir-akhir ini tengah diguncang oleh banyak dugaan skandal, memilih untuk menahan diri untuk bereaksi. Baik keuskupan agung di Berlin atau konferensi waligereja di Jerman tidak bersedia mengomentari website ini.
Sementara itu, Gereja Protestan, dalam siaran pers baru-baru ini, mengatakan bahwa meningkatnya minat dalam umpan balik dari publik yang diwujudkan oleh konsep hirtenbarometer suatu “perkembangan positif”.
Visualisasi Rating bagi para imam pada situs ini digambarkan dalam bentuk domba, yang berkisar dari wol berwarna putih hingga hitam. Paus dan para imam terkemuka Jerman sejauh ini memperoleh warna agak abu abu hingga abu abu sedang.
Sepertinya, seru juga jika para umat di Indonesia juga bisa memberi rating untuk para gembala yang selama ini melayani mereka, bukan? Tertarik?
Sumber: Reuter