HARI ini tanggal 1 Juni 2022 – hari penting untuk negara dan bangsa Indonesia. Karena sebagai bangsa, kita memperingati dan merayakan Hari Lahirnya Pancasila – dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia.
Berkaitan dengan hari ini, saya selalu kagum dengan klenteng yang satu ini.Bisa jadi, semua klenteng di Indonesia lainnya juga melakukan hal yang sama.
Setiap kali mereka adakan acara, mereka selalu membuka pintu lebar-lebar untuk siapa pun turut berpartisipasi di dalamnya. Entah hanya sebagai penonton, tapi juga peserta, panitia, dsb.
Bukan saja pintu terbuka lebar untuk siapa pun yang masuk, tapi juga seluruh hadirin -penonton siapa pun- boleh makan minum yang telah disediakan oleh panitia. Tanpa mereka bertanya anda itu siapa, dari mana, dsb.
Saya sendiri bukan anggota atau umat dari klenteng ini. Bahkan saya sendiri bukan seorang pengikut Kong Hu Chu. Saya seorang Katolik.
Untuk siapa saja
Tapi Klenteng ini selalu menarik dan nyaman untuk saya kunjungi kapan pun. Mungkin karena saya seorang keturunan Tionghoa. Jadi, masih ada keterikatan budaya. Atau mungkin memang karena kantinnya penuh dengan makanan enak yang bikin kangen.
Tapi yang jelas, tidak ada kesungkanan bagi saya untuk datang ke sini.
Banyak kegiatan mereka terbuka untuk masyarakat umum, kelompok barongsai, klub tenis meja, les Mandarin di mana saya pernah ikut beberapa bulan, dsb.
Lalu saya iseng bertanya, kapan ya Gereja Katolik dan umat kita ini bisa berperilaku seinklusif ini?
Bersedia dan mau merayakan kemanusiaan bersama dalam iman kepada Kristus yang menebus seluruh umat manusia dengan sikap terbuka seperti yang dilakukan oleh para saudara Tionghoa di sebuah klenteng di Malang ini?
Malang, 1 Juni 2022
