PERDAMAIAN masih menjadi hal langka di Afghanistan. Namun, jalan menuju ke sana kini semakin lapang, setelah pihak Amerika dan Taliban resmi untuk mengurangi eskalasi kekerasan dan kemudian bersepakat berdamai.
Dalam tujuh hari ke depan, kedua belah pihak bersepakat untuk tidak saling melakukan ofensif. Melainkan semua setuju menahan diri. Sepakat juga untuk berdamai. Meskipun sifatnya masih sementara, namun tetap mengikat.
Otoritas Afghanistan juga mendukung kesepakatan damai tersebut.
Langkah kecil menuju perdamaian ini penting, karena Afghanitas sudah didera “perang saudara” setidaknya selama 18 tahun ini.
Dulu kawan, sekarang musuh
Dulu sekali, Taliban “dipelihara” oleh Amerika untuk membantunya mengusir pendudukan Uni Soviet yang menginvansi Kabul, Ibukota Afghanistan.
Tentu saja, dukungan Washington terhadap Taliban ini bukan hanya berlangsung di atas meja. Tetapi juga dukungan logistik berupa pasokan senjata dan uang.
Dan Taliban berhasil mendepak pasukan Uni Soviet keluar dari Afghanistan.
Namun, ketika Taliban mulai berkuasa di Afghanistan dan kemudian memberlakukan cara beragama yang sangat puritan, Washington berpaling muka.
Amerika kemudian memusuhi Taliban dan kemudian menyerang serta berusaha mengalahkannya. Namun, Taliban juga menyerang balik dan kekuatan mereka tidak mudah ditundukkan.
Kalau saja langkah perdamaian ini kian terwujud, bukan tidak mungkin pula seluruh pasukan asing pimpnan AS di Afghanistan dalam waktu tertentu nanti juga akan “hengkang” dari sana.
Poin ini menjadi salah satu keinginan pihak Taliban, namun hingga saat ini masih berat untuk disanggupi oleh Amerika dan para sekutunya dari NATO.
RIV
Kesepakatan damai antara Amerika dan Taliban itu resmi diungkapkan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang menyebutnya sebgaai “Reduction in Violence” atau RIV.
RIV akan efektif berlaku mulai Jumat tengah malam sebelum berganti hari menjadi Sabtu tanggal 22 Februari 2020 ini.
Dalam kurun waktu ini, otoritas keamanan Afghanistan menetapkan status “defensif” (bertahan) daripada “ofensif” (aktif menyerang).
Kegiatan ofensi militer Afghanistan yang didukung AS dan NATO masih akan dilanjutkan terhadap kelompok ISIS yang hingga kini masih mencoba “bertahan” di kawasan utara negara dengan tekstur alam yang sangat ekstrim ini.
Kesepakatan damai untuk sementara ini baru akan ditandatangani tanggal 29 Februari 2020 ini, demikian Menlu AS Mike Pompeo mengumumkannya dan kemudian dilansir oleh sejumlah media massa internasional.
Sumber: Al Jazeera, CNN, BBC International