“Spiritualitas lebih kuat dalam bertindak. Mencintai berarti mengabdi. Mencinta itu mengabdi. Kalau orang mengabdi dengan cinta yang lain akan ditambahkan Tuhan. Bagaimana kita membangun itu. Ini soal intensi dan motivasi. Hidup tanpa pergulatan mestinya dicurigai. Di mana ada pergulatan disana ada rahmat.” (St. Ignatius Loyola).
Tahun 2020 merupakan tahun bersejarah bagi seluruh bangsa, tahun penuh pergulatan bagi pelosok negeri tak terkecuali bagi para Bruder-bruder Kongregasi Santo Aloysius (CSA) Semarang.
Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir, para bruder CSA Indonesia tetap menyelenggarakan evaluasi akhir tahun secara daring tanggal 28-30 Desember 2020.
Perlu diakui bahwa kualitas pertemuan secara luring dan daring pasti berbeda, namun karena situasi dan kondisi serta mendukung memutus rantai penyebaran Covid-19 akhirnya evaluasi akhir tahun ini dilakukan secara daring.
Meskipun secara daring, kualitas dan proses pertemuan tetap berjalan lancar dan aman. Kekuatan persaudaraan kasih dan damai tetap terpancar pada wajah para bruder CSA Indonesia.
Hal tersebut tampak pada layar zoom dari setiap komunitas.
Agenda pertemuan virtual para bruder tidak berbeda jauh dengan pertemuan luring. Setiap komunitas menyampaikan evaluasi rencana strategi (renstra) selama tahun 2020, menyampaikan gerak kemandirian dan tata kelola keuangan serta renstra tahun 2021.
Harapannya semoga tahun 2021 menjadi lebih baik.
Pentingnya evaluasi
Salah satu kekuatan dan kualitas hidup bereligius yang menunjukkan identitas dan misi bruder mewujudkan pelayanan profesional terletak pada evaluasi diri.
Evaluasi ini penting untuk melihat dan menyadari akan apa yang telah dilakukan selama tahun sebelumnya serta bagaimana dan langkah apa yang harus ditempuh kedepan sehingga menjadi lebih baik dan profesional.
Manifestasi kasih Tuhan yang dialami sepanjang tahun ini, merupakan hadiah yang tak terbilang bentuk dan wujudnya.
Ada kalanya kita bertanya seperti apa wujud kasih itu dan bagaimana hal itu dapat di aktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Melalui sharing sederhana dalam komunitas, hal ini terungkap. Hal demikian yang diinginkan dalam peziarahan hidup di tahun 2020 ini.
Banyak hal positif yang telah dibangun dan menjadi prioritas para bruder dalam pelayanan ke masa depan.
Para bruder CSA menyadari bahwa dalam peziarahan hidup tahun 2020 tidak terlepas dari pergulatan dan masalah-masalah yang dihadapi. Terlebih berhadapan dengan pandemi Covid-19, sehingga ada beberapa program yang tidak dijalani karena situasi ini.
Semoga pandemi ini segera berlalu sehingga kembali berbenah dan menata diri menjadi lebih baik.
Hidup pengutusan
Pergulatan lain yang dialami yakni dalam hidup doa, komunitas dan hidup pengutusan. Dalam Konstitusi 5.1. “Komunitas menjadi rumah bagi para bruder untuk mengungkapkan apa yang mempersatukan para bruder….”
Komunitas memiliki tanggungjawab bersama dalam pengembangan anggota-anggotanya. Perlu diakui bahwa untuk mencapai pada taraf seperti itu, bukanlah pekerjan yang muda. Karena persepsi dari setiap orang berbeda.
Butuh kerendahan hati dan sikap siap mendengarkan.
Langkah konkret seperti inilah yang hendaknya menjadi pegangan dalam hidup bersama, di dalam satu komunitas.
Belajar dari Sokrates
Ada ciutan klasik dari salah seorang filsuf Yunani Kuno Socrates (469-399 SM): “Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi”.
Menarik untuk direnungkan bersama, bahwa ini merupakan kesempatan emas di akhir tahun. Perlu dilihat kembali hal-hal apa saja yang telah dilakukan sepanjang tahun 2020 ini.
Apa saja yang membangun dan mengembangkan kualitas hidup bereligius, dan bagaimana hal tersebut menjadikannya sebagai pijakan dalam meniti tahun 2021.
Ada begitu banyak pelajaran yang berharga sepanjang tahun ini, dan menjadikannya sebagai pribadi-pribadi dewasa dalam segala hal.
Dewasa dalam hal doa, karya dan hidup bersama. Berani terbuka dan memberi masukan yang baik demi kehidupan bersama.
Pertobatan komunal
Menyadari akan hal ini, Br. Martinus Suparmin CSA, selaku General CSA Indonesia, menekankan bahwa perlu adanya pertobatan komunal.
Bukan lagi individual.
Setiap bruder memiliki tanggung jawab yang sama dalam peziarahaanya.
“Kita harus berani menatap masa depan kita sebagai kongregasi yang mandiri, jangan terpaku pada masa lalu. Bukan berarti masa lalu tidak berarti, tetapi segala hal yang positif dikembangkan demi kemajuan kehidupan dalam kebersamaan sebagai anggota Kongregasi,” demikian tulisnya.
“Komunikasi iman ini terjadi karena kecintaan kita pada Kongregasi. Wujud kecintaan itu terlebih dahulu dinyatakan oleh Yesus sendiri kepada kita. Nah tugas kita adalah menyalurkanya secara cuma-cuma pula,” ungkapnya.
“Di akhir tahun ini, kita tetap bersyukur karena tetap bisa melakukan pertemuan dengan baik. Walaupun hanya melalui via zoom.”
“Namun terasa sangat bahagia, dan tentunya berbeda dari sebelumnya, sebelum pandemi Covid-19 melanda,” lanjut Br. Martin.
Selamat menyongsong tahun baru 2021, semoga menjadi lebih baik dan terus mengembangkan potensi yang ada sehingga menunjukkan identias dan misi bruder CSA mewujudkan pelayanan yang profesional. (LJ/DD)
Yogyakarta, 31 Desember 2020