KEGIATAN refeksi, mengolah batin, menimbang-nimbang, nggegulang ing kalbu merupakan upaya untuk meninjau ulang dan selanjutnya melakukan olah hati. Sejak dulu dalam konteks belajar, refleksi telah menjadi pembiasaan yang sering dilakukan.
Dalam Sastra Jawa Tembang Pocung yang termuat dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegara IV pupuh Pocung ditulis sebagai berikut:
Pocung
Ngelmu iku, kalakone kanthi laku.
Lekase lawan kas,
Tegese kas nyantosani,
Setya budya pangekese dur angkara
Terjemahan bebasnya demikian :
Ilmu itu, dapat diperoleh melalui usaha,
Diawali dengan kehendak
Arti kehendak memberi daya
Setia pada budaya baik mengalahkan angkara murka
Tembang Pocung di atas selain berisi petuah atau nasihat untuk melakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk memperoleh ilmu, pengetahuan, sikap dan keterampilan juga menjadi ajakan untuk senantiasa melakukan refleksi. Pupuh Pocung menjadi sumber belajar untuk melakukan refleksi. Refleksi terhadap sikap batin dalam proses belajar dan melakukan disposisi batin mengendalikan angkara.
Refleksi berbasis sekolah
Mengutip tulisan Romo Albertus Hartana SJ pada materi lokakarya Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, 2023, refleksi berasal dari bahasa Latin: reflectere. Yang artinya menekuk atau memutar kembali ke belakang. Refleksi mengarahkan individu menatap ke depan. Yaitu membangun kerangka berpikir (mindset) yang baru dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku.
Proses kegiatan refleksi untuk mencermati dan menangkap makna dan nilai-nilai yang esensial dari apa yang telah dialami dalam proses pembelajaran. Membantu murid membangun pengetahuan yang mendalam dan menangkap maknanya secara utuh. Membantu murid, mengembangkan sikap, cara pandang, dan perilaku baru, demi perkembangan dirinya dan kebaikan masyarakat.
Proses refleksi seperti yang ditulis Romo Albertus Hartana SJ saat ini telah diterapkan dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka. Refleksi menjadi bagian penting untuk dilakukan atau dibiasakan oleh guru dan murid. Refleksi menjadi proses mengolah hati yang menjadi umpan balik mendewasakan sikap agar memiliki kehendak atau niat selalu memperbaharui diri.
Jika evaluasi dalam pembelajaran lebih menekankan pada penelitian akan ketercapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan, refleksi memberikan umpan balik untuk semakin mengenali sikap hati para guru dan murid.
Refleksi dalam konteks pembelajaran bisa dilakukan sebelum kegiatan belajar, saat proses belajar atau akhir dari kegiatan belajar. Dalam praktik di sekolah-sekolah saat ini, guru dan murid sudah banyak yang melakukan pembiasaan refleksi dan mencatatnya dalam buku refleksi.
Lebih dari itu, pengalaman melakukan refleksi juga sering dilakukan setelah suatu kegiatan sekolah selesai misalnya setelah para murid melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), melaksanakan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan sekolah kejuruan, atau setelah kegiatan outing class.
Ilustrasi refleksi
Sebuah ilustrasi refleksi yang di tulis siswa Klas XI SMK setelah mengikuti ANBK berbunyi demikian. “Setelah mengikuti ANBK, saya merasakan kemampuan berliterasi semakin meningkat, dan merasa senang karena bisa memahami karya sastra dan intisari bacaan sastra.
Saya senang dan terpacu belajar numerasi, setelah menghadapi soal-soal numerasi yang panjang. Selain itu, dalam hal survei karakter, saya merasakan masih banyak hal yang belum saya miliki sikap-sikap karakter yang baik. Namun saya punya keyakinan diri bahwa saya bisa berubah lebih baik.”
Siswa lain menulis refleksinya demikian. “ANBK membantuku lebih fokus dan teliti dalam memilih dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan literasi, serta membantu diriku melihat kembali ‘siapa diriku’ melalui survei karakter yang diberikan.”
Seorang siswa yang telah selesai melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu pemagangan siswa di kantor atau perusahaan menulis refleksinya demikian.
“Figur sosok karyawan yang bisa menjadi teladanku adalah karyawan yang memiliki integritas, karyawan yang memiliki sifat jujur dan karyawan yang bisa membuat strategi untuk kemajuan perusahaan. Sikap sopan santun yang berkesan yang dimiliki karyawan perusahaan tempat saya magang yaitu sikap santun karyawan dalam melayani customers dengan penuh senyum dan memberi pelayanan secara prima, tidak setengah-setengah atau tidak ogah-ogahan.”
Insan reflektif
Refleksi yang diajarkan, dipraktikkan, dibiasakan di sekolah menjadi refleksi berbasis sekolah. Ini akan memberikan buah yang baik dan menumbuhkan para murid menjadi insan reflektif. Sekolah sebagai pusat budaya akan mampu menyemaikan metode dan kebiasaan refleksi. Bukan saja dalam konteks pembelajaran, tetapi lebih dari itu bisa menumbuhkan anak melakukan refleksi dalam memahami sastra, menghayati hidup beriman dan merefleksikan keseharian hidup yang bermakna baik di sekolah, keluarga maupun di masyarakat.
Refleksi mengajarkan kebermaknaan.
Semoga dengan kesetiaan para murid melakukan refleksi tumbuh budaya menjauhkan angkara.