KEGIATAN hari terakhir Pernas III T-SoM angkatan III diwarnai dengan outing ke dua tempat penting di kota Makassar, yaitu: Benteng Sumba Opu dan Pantai Losari.
Setelah itu para peserta diantar ke aula Gereja Katedral untuk mengikuti misa penutupan Pernas III yang akan dipimpin langsung oleh Bapa Uskup KAMS.
Mgr. Johannes Liku Ada’ menyambut para remaja T-SoM angkatan III dan para pendamping serta para Dirdios dengan hangat.
Bapak Uskup mengungkapkan kegembiraannya: merupakan suatu kebanggaan bahwa acara Pernas III T-SoM angkatan III bisa diadakan di Makassar.
Perwakilan empat orang dari setiap keuskupan
Setiap keuskupan yang mengikuti T-SoM atau Sekolah Misi Remaja ini mengirimkan maksimal hanya empat orang remaja; padahal di sebuah keuskupan mungkin ada puluhan ribu anak SEKAMI.
Menyinggung hal ini, Bapak Uskup menyatakan bahwa para remaja T-SoM merupakan orang-orang pilihan. Namun, Bapak Uskup mengajak semuanya untuk memperhatikan kritik Yesus terhadap orang-orang berstatus istimewa dalam agama.
Jangan sombong
Pesan Bapa Uskup kepada para remaja T-SoM: Hati-hati, jangan sampai menjadi sombong.
Sementara terkait bacaan Injil hari itu dari Injil Matius 21:28-32, Bapak Uskup mengatakan pesan aktualnya adalah: Jangan menjadi anak yang tidak melakukan kehendak bapanya.
Dengan posisi yang istimewa diharapkan para remaja T-SoM mampu menghayati jatidiri SEKAMI, yaitu semangat 2D2K (Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian) dengan semboyan: Children Helping Children.
2D2K
Bapak Uskup membahas satu-persatu makna 2D2K.
Doa. Posisi istimewa kita menjadi misionaris bukan kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan oleh kekuatan Tuhan. Tuhanlah yang berkarya melalui diri kita. Untuk itu kita harus setia pada Tuhan melalui doa. Tidak boleh lupa berdoa. Doa menjadi yang paling pertama dan terutama bagi seorang misionaris.
Derma. Bapa Uskup yakin hal itu telah jelas.
Kurban. Jangan mudah mengeluh dan merasa sudah berkurban terlalu banyak. Sebaliknya kita harus berkurban lebih lagi.
Kesaksian. Bapa Uskup mengangkat kutipan dari Evangelii Nuntiandi: “Manusia modern lebih senang mendengarkan kesaksian daripada para pengajar. Dan bila mereka mendengarkan para pengajar, hal itu disebabkan karena para pengajar tadi merupakan saksi-saksi.” (EN, art. 41). Bapak Uskup menekankan pentingnya kesaksian dan menjadi saksi hidup melalui tindakan.
Pada kesempatan itu, Romo Junarto Timbang, Dirdios Keuskupan Agung Makassar, mengundang Ibu Natali Tanyadi, mewakili bapak dan ibu pemilik usaha yang telah menyediakan tempat live-in bagi para remaja.
Panitia memberikan sertifikat ucapan terima kasih sebagai apresiasi atas dukungan mereka sehingga para remaja T-SoM dapat melakukan praktik langsung dalam memahami Ajaran Sosial Gereja.
Kegiatan ditutup dengan makan malam bersama, yang menghidangkan menu khas Makassar, salah satunya adalah coto Makassar.
Kembali ke Wisma Kare, para remaja berkumpul kembali untuk menulis refleksi hari itu sebelum beristirahat.
Itu adalah malam terakhir dari kegiatan Pernas III. Esok harinya para peserta kembali ke keuskupan masing-masing dan akan berjumpa kembali di Pernas IV: Mentawai Pilgrimage bulan Desember mendatang.
Salam misioner.
Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia
Baca juga: Mengamalkan ASG Butuh Perhatian dan Kepedulian (3)
