Jumat, 21 Mei 2021
Bacaan I: Kis 25:13-21
Injil: Yoh 21:15-19
CINTA itu membebaskan bukan mengikat demi kebutuhan diri sendiri.
Seorang umat bercerita, bagaimana dia sampai bisa memperoleh cinta yang luar biasa dari pastor parokinya. Itu terjadi saat dia masih kecil.
Dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, dia harus berjibaku membantu orangtuanya bekerja di kebun.
Waktu lulus SMP, dia sebenarnya sudah mau berhenti sekolah. Namun pada suatu sore pastor kunjung ke rumahnya.
Dari pembicaraan pastor mau mengusahakan beasiswa sekolahnya.
“Kamu punya cita-cita apa?,” tanya pastor
“Saya ingin menjadi guru,” jawabnya.
“Bagus itu, silahkan kamu daftar saja ke sekokah yang kamu inginkan, biar orangtuamu mengajukan bea siswa ke paroki,” kata pastor.
“Terima kasih, Pastor,” katanya.
Pendidikan di SPG dijalani dengan lancar bahkan lulus dengan nilai baik.
Dia ingin membalas budi dengan ikut membantu menjadi guru di SD milik paroki.
Setelah berjalan dua tahun dia mengabdi, ada lowongan CPNS, dan diterima. Namun sebagai konsekuensinya dia harus meninggalkan SD milik paroki dan pindah ke SD Negeri.
“Jangan merasa berat untuk menjadi pegawai negeri, beasiswa yang dulu kami berikan untuk membebaskanmu bukan untuk mengikatmu,” kata pastor.
Pelayanan yang tulus itu mendukung orang untuk bisa menatap masa depan hidupnya di atas kaki sendiri.
Cinta itu membebaskan bukan membelenggu.
Pertanyaan Yesus tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mencintaiku?,” Mengajak Petrus menjadi pribadi yang bebas, untuk mencintai Yesus semata.
Apakah yang kita kerjakan memberikan ruang kebebasan bagi sesama kita?